Jumat 02 Dec 2022 22:55 WIB

IDAI Beberkan Alasan Orang Tua di Aceh Enggan Anaknya Imunisasi Polio

Ada orang tua yang takut anaknya rewel setelah imunisasi.

Red: Dwi Murdaningsih
 Petugas Puskesmas melakukan vaksinasi polio dengan menggunakan vaksin bivalen oral polio (BOPV) untuk anak di Puskesmas Banda Aceh, Senin, 21 November 2022. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Indonesia berisiko tinggi penyebaran virus polio akibat cakupan vaksinasi polio yang rendah, setelah kasus poliomielitis terdeteksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Petugas Puskesmas melakukan vaksinasi polio dengan menggunakan vaksin bivalen oral polio (BOPV) untuk anak di Puskesmas Banda Aceh, Senin, 21 November 2022. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa Indonesia berisiko tinggi penyebaran virus polio akibat cakupan vaksinasi polio yang rendah, setelah kasus poliomielitis terdeteksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan sejumlah alasan orang tua enggan melakukan imunisasi polio kepada anaknya di Provinsi Aceh. Khususnya di Kabupaten Pidie.

Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik IDAI Dr dr Raihan, SpA(K) dalam webinar diikuti di Jakarta, Jumat, menyebutkan hasil survei yang telah dilakukan bersama dinas kesehatan setempat.

Baca Juga

"Kalau untuk (imunisasi) oral mereka merasa tidak perlu, ini lumayan sampai 40 persen orang tua merasa tidak perlu. Mungkin karena pemahaman terhadap penyakit yang mungkin akan diderita oleh anak-anaknya tidak begitu baik," ujar Raihan.

Dokter spesialis anak yang bertugas di Aceh tersebut juga menjabarkan bahwa sebanyak 30 persen orang tua di Pidie khawatir apabila anaknya rewel, demam dan menjadi sakit-sakitan setelah imunisasi.

"Alasan keyakinan dan agama justru tidak menempati urutan pertama. Masih ada yang kurang paham untuk polio tetes aja, mereka takut disuntik," ujar dia.

Banyak orang tua di Kabupaten Pidie yang menganggap tidak perlu memberikan imunisasi pada anaknya. Raihan menjelaskan berdasarkan survei cepat yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan UNICEF pada 26 rumah tangga di Desa Mane, lokasi terdeteksinya kejadian luar biasa (KLB) polio, terdapat 33 anak yang usianya 0- 59 bulan dan 49 anak lainnya. Namun hanya delapan anak yang mendapat imunisasi tetesan polio.

Sedangkan untuk imunisasi polio dalam bentuk suntikan, tidak ada satu pun anak yang mendapatkannya. Banyak orang tua takut pada efek sampingnya.

Kemudian adat tradisi di Aceh anak-anak biasanya dilakukan Peutron Aneuk, atau turun tanah setelah berusia 44 hari, yang mana karena belum waktunya turun tanah, imunisasi jadi tidak dilakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement