REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti bidang pendidikan Shintia Revina mengatakan hanya 31 persen siswa yang mampu mencapai tingkat literasi yang baik pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Data itu didapatnya melalui Research on Improving Systems of Education (RISE).
"Kalau tingkat literasi saja rendah belum mampu mencapai pemahaman untuk membaca teks yang lebih kompleks, mereka akan kesulitan di kelas-kelas yang jenjangnya lebih tinggi, yang kompleksitas pembelajaran literasinya lebih membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi," kata Shintia dalam diskusi mengenai "Prioritas Kebijakan Pendidikan untuk Atasi Krisis Pembelajaran Indonesia"secara daring di Jakarta, Senin (5/12/2022).
Padahal, menurut Shintia, pemahaman literasi yang baik harusnya menjadi modal utama pada siswa dari kelas satu hingga tiga SD untuk naik ke jenjang pembelajaran yang lebih kompleks. Penurunan kemampuan pembelajaran ini berdampak pada siswa yang memiliki performa baik, ketimbang anak yang sejak awal memiliki performa literasi yang rendah.
"Sebelum pandemi krisis pembelajaran sudah cukup parah, setelah pandemi anak-anak yang sudah tinggi performanya malah menjadi makin menurun," katanya.
Shintia bersama para peneliti dari RISE memberikan masukan untuk mengatasi penurunan pembelajaran siswa tersebut. Caranya ialah dengan meningkatkan literasi dasar dan numerasi.
"Jadi kalau anak-anak di usia kelas empat belum bisa membaca teks pemahaman atau sebuah teks bagaimana dia bisa mengetahui pengetahuan yang lebih kompleks," katanya.