Selasa 06 Dec 2022 17:32 WIB

Dusun Ini Terisolasi Akibat Dikepung Lahar Dingin Semeru

Warga Dusun Sumberlangsep, Candipuro, Lumajang terisolasi akibat lahar dingin Semeru.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bilal Ramadhan
 Tim penyelamat terlihat melalui asap dari material vulkanik panas dari letusan Gunung Semeru. Warga Dusun Sumberlangsep, Candipuro, Lumajang terisolasi akibat lahar dingin Semeru.
Foto: AP Photo/Trisnadi
Tim penyelamat terlihat melalui asap dari material vulkanik panas dari letusan Gunung Semeru. Warga Dusun Sumberlangsep, Candipuro, Lumajang terisolasi akibat lahar dingin Semeru.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Warga Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang harus terisolasi. Hal ini karena satu-satunya akses jembatan terkena lahar dingin Semeru sehingga tidak bisa dilewati.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengaku telah memantau kondisi Desa Jugosari. Berdasarkan pengamatannya, lahar dingin tersebut lebih besar daripada sebelumnya.

Baca Juga

"Dari tadi pagi Pak Kepala Desa sudah stand by untuk memantau masyarakat yang di sebelah sana di Dusun Sumberlangsep, sekarang tidak ada pilihan jembatan harus tutup," kata pria disapa Thoriq ini saat meninjau dampak lahar dingin Semeru, di Desa Jugosari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (6/12/2022).

Thoriq mengungkapkan, 470 jiwa yang terisolasi di Dusun Sumberlangsep saat ini telah dikumpulkan di satu titik kumpul. Petugas dari BPBD maupun Basarnas juga telah bersiaga sembari mengimbau masyarakat agar tidak mendekat aliran lahar dingin. Hal ini penting untuk memastikan keselamatan masyarakat.

Sementara itu, Kepala Desa Jugosari, Mahmudi menjelaskan, material vulkanik yang terbawa aliran lahar dingin pada Senin (5/12/2022) juga sempat menutupi jembatan limpas. Namun intensitas airnya tidak sebesar pada kejadian Selasa (6/12/2022). Bahkan, masyarakat pada pagi hari juga sempat membersihkan material vulkanik yang menutupi jembatan.

Gunung Semeru tercatat mengalami 24 kali gempa erupsi pada Selasa (6/12/2022) periode 06.00 sampai 12.00 WIB. Hal ini diungkapkan langsung dalam laporan resmi petugas Pemantauan Gunung Api (PGA) Semeru, Yadi Yuliandi.

Menurut Yadi, amplitudo gempa erupsi tersebut sekitar 10 sampai 23 milimeter. "Dan lama gempa 52 hingga 163 detik," kata Yadi.

Selain itu, gunung berketinggian 3.676 mdpl tersebut juga mengalami satu kali gempa getaran Banjir. Amplitudo gempa ini sekitar 25 mm dan lama gempa 3.300 detik.

Saat ini tingkat akivitas Gunung Api Semeru masih pada level IV atau awas. Sebab itu, dia merekomendasikan masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 17 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan.

"Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak," ucapnya.

Selanjutnya, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 8 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru. Pasalnya, area tersebut rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Di samping itu, dia juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru. Hal ini terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Kemudian juga mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement