Jumat 09 Dec 2022 01:57 WIB

Impian Ternate Menjadi Pusat Ekonomi Syariah

Ternate berkomitmen menguatkan ekonomi syariah dalam berbagai bidang.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Erik Purnama Putra
Wali Kota Ternate M Tauhid Soleman menyambut rombongan KNEKS di kantornya, Kamis (8/12/2022).
Foto: Istimewa
Wali Kota Ternate M Tauhid Soleman menyambut rombongan KNEKS di kantornya, Kamis (8/12/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, Ternate adalah suatu pulau di timur Indonesia. Kawasan pesisir ini memiliki sejuta keindahan alam yang belum banyak tereksplorasi. Jika berjalan di pinggiran pantai, pasti akan menyaksikan air yang bening. Dasar pantai akan mudah terlihat beserta ikan yang meliuk-liuk di sana.

Nama Ternate terekam dalam catatan sejarah. Sejarawan Tome Pires (1465-1540) menulis sebutan itu dalam Suma Oriental. Orientalis asal Jerman Georg Everhard Rumpf alias Rumphius (1628-1702) datang ke Ambon pada 1653. Dia menelusuri banyak tempat, termasuk Ternate.

Anggota VOC ini begitu senang menyaksikan keindahan alam di sana. Hampir setengah abad

hidupnya dihabiskan di Ambon dan kawasan sekitarnya, termasuk Ternate, untuk mencatat beribu jenis tanaman dan hewan. Kurang lebih 1.200 spesies tanaman dari jenis pohon, belukar, herbal, hingga akar umbi ia catatkan namanya dalam berbagai nama dalam bahasa Belanda, Latin, Melayu.

Di antara 350 spesies tanaman ia buatkan ilustrasinya selain juga menjelaskan profil temuan itu. Di sanalah tempat kesultanan Islam tumbuh menjadi inspirasi yang menggerakkan denyut kehidupan masyarakat sejak 1257. Dengan menjadikan Islam sebagai agama mayoritas, kesultanan itu juga banyak merujuk kepada ajaran Islam yang dijadikan rujukan bermasyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi.

Mereka meniru pengelolaan keuangan yang diterapkan di sejumlah kerajaan Islam di Timur Tengah seperti Abbasiyah, Mamluk, dan lainnya (Qoyum: 2021). Penerapan tersebut meliputi pajak, zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Biasanya dikelola oleh lembaga keuangan kerajaan bernama baitul mal.

Ternate masyhur karena sejumlah rempah. Seperti cengkih dan pala. Keduanya merupakan barang mahal pada masa kolonial. Pembelinya adalah kaum elite dari Barat, Jazirah Arab, dan Afrika, untuk diolah menjadi obat dan campuran makanan serta minuman. Hingga kini, dua rempah tersebut masih menjadi komoditas andalan.

Cengkih yang dihasilkan di Maluku Utara, termasuk Ternate, memiliki kekhasan aroma yang membedakannya dengan cengkih dari kawasan lain. Inilah yang membuat rempah tersebut bernilai tinggi. Sedangkan buah pala memiliki banyak manfaat. Selain diolah menjadi minyak atsiri, komoditas ini juga dapat diolah menjadi manisan dan bumbu masak.

"Kekayaan Ternate ini sejak lama didistribusikan dengan baik, yaitu dengan prinsip ekonomi syariah yang dilakukan masyarakat lokal dengan para pedagang dari berbagai kawasan. Jadi sejak lama masyarakat di sini menerapkan ekonomi syariah dengan orang-orang dari berbagai latar belakang,” ujar Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman di hadapan rombongan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di kantornya, Provinsi Maluku Utara, Kamis (8/12/2022).

Kearifan Islam di Ternate begitu mengakar. Selain ditandai dengan mayoritas penduduk di sana memeluk Islam, tradisi beragama yang toleran juga mewarnai kehidupan di sana. Masyarakat mengapresiasi berbagai tradisi Islam, termasuk ekonomi syariah yang mengedepankan prinsip keadilan dan terhindar dari riba.

Ekonomi syariah dinilainya menjadi prinsip yang menjaga keberlangsungan agama (hifzud din), keberlangsungan dan pemenuhan kebutuhan jiwa (hifzun nafs), menjaga harta (hifzul mal), dan melindungi keturunan (hifzun nasl). "Prinsip ini bukan hanya untuk pegiat ekonomi syariah dari kalangan Muslim, tapi juga non-Muslim yang misalkan menjadi nasabah bank syariah," kata Tauhid.

BPRS Bahari Berkesan

Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate melihat sejumlah potensi ekonomi syariah di kawasannya. Pertama adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bahari Berkesan. Ini adalah bank yang dikelola Pemkot Ternate sejak 2012. Bank tersebut menjadi tempat rekening kas umum daerah (RKUD) Pemkot Ternate.

Payroll honor aparatur sipil negara (ASN) di sana dibayarkan melalui rekening BPRS Bahari Berkesan. Tak hanya itu, pihak ketiga dalam program pembangunan daerah juga diharuskan untuk membuka rekening di BPRS sebagai syarat menjadi mitra pemerintah.

Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga disusun sebagai program strategis BPRS. Pegiat UMKM difasilitasi untuk mengembangkan usahanya dengan bermitra bersama bank yang menjadi BUMD tersebut. Pegiat UMKM yang bermitra dengan BPRS Bahari Berkesan akan memasukkan produk usahanya ke unit usaha yang menjual aneka oleh-oleh khas Ternate.

Lokasinya tepat di samping kantor pusat BPRS Bahari Berkesan. "Kita terus berinovasi sebagai bentuk kesungguhan kami menjadikan Ternate sebagai kota yang mengembangkan ekonomi syariah," kata Tauhid melanjutkan.

Pasar Syariah

Lokasinya di Kelurahan Sasa, Ternate. Bagian belakangnya berhadapan dengan Pulau Tidore. Pasar Syariah Sasa dan Tidore dipisahkan jalur laut yang ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu klotok.

Sedangkan di bagian depannya berhadapan dengan Gunung Gamalama yang hijau. Ini merupakan pasar yang diharapkan menjadi basis ekonomi masyarakat yang menerapkan prinsip jual beli sesuai prinsip ekonomi syariah.

Namun, pasar ini belum memenuhi harapan tersebut. Pedagang lebih memilih berdagang di pinggir jalan. Masyarakat lebih memilih bertransaksi dengan pedagang di luar area pasar.

Pemkot Ternate merespons situasi tersebut. Rencananya, akan ada kerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk menambah infrastruktur di sana melalui bantuan CSR. Sarana yang dibutuhkan adalah dermaga di bagian belakang pasar untuk menjadi tempat perahu singgah. Nelayan akan membawa hasil tangkapannya ke sana dan menjual komoditas itu di Pasar Syariah.

Pariwisata halal

Potensi hal ini sangat besar. Keindahan kawasan pesisir Ternate menjadi modal utama untuk mengembangkan kawasan wisata halal. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah setempat dapat menentukan area pesisir yang cocok untuk wisata halal. Kemudian melengkapi kawasan itu dengan area hijau tempat orang-orang berkumpul. Plus sarana masjid yang nyaman.

Kawasan wisata ini juga akan menarik jika dilengkapi tempat makan dengan harga terjangkau sesuai dengan kemampuan ekonomi warga. Investor sangat dibutuhkan peranannya untuk membangun penginapan representatif di sana.

Sarana transportasi menuju ke Ternate juga harus dimaksimalkan. Begitu juga promosi pariwisata ke sana. Dengan begitu akan banyak orang termotivasi untuk berwisata ke Kota Ternate, baik warga dari dalam maupun luar negeri.

Dukung Ternate

Direktur Jasa Keuangan Syariah KNEKS Taufik Hidayat mengapresiasi komitmen Pemkot Ternate tersebut. "Kami akan membersamai Pemkot Ternate untuk mengembangkan daerahnya menjadi basis ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia," kata Taufik.

Menurutnya, Ternate adalah daerah yang sejak lama menerapkan ekonomi syariah. Dahulu, kesultanan Islam yang ada di daerah tersebut mempengaruhi pembangunan dan pembumian ekonomi syariah.

Transaksi yang dilakukan dalam bentuk barter pada zaman dahulu; penerapan zakat, infak, sedekah, dan wakaf; pembangunan masjid; dan penerapan prinsip keadilan dalam berekonomi di sana; menjadi indikator ekonomi dan keuangan syariah terlaksana dengan baik. "Tradisi yang mengakar di daerah ini menjadi modal kuat untuk menjadikan Ternate sebagai kota yang maksimal menerapkan ekonomi dan keuangan syariah," kata Taufik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement