REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja. Perekonomian dunia terancam mengalami krisis hingga resesi pada tahun depan.
Kebijakan suku bunga tinggi di negara maju, khususnya Amerika Serikat, angka pengangguran yang akan naik, pertumbuhan ekonomi yang minim, krisis pangan, energi dan perang, akan menjadi pemicunya. Dampaknya, pasar modal di Tanah Air bisa terancam karena ketidakpastian tersebut.
Menyikapi kondisi demikian, Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) dan CSA Community didukung Perkumpulan Profesional Pasar Modal Indonesia (PROPAMI) mencoba mengajak para stakeholder dan pelaku pasar modal yang terdiri dari, professional, investor, expert, para manajerial perusahaan publik dan komunitas yang peduli pasar modal untuk mengulas dan mencari solusi atas kondisi perekonomian global dan lokal pada 2023.
Ketua Pelaksana Economic and Market Outlook Capital 2023 Haryajid Ramelan mengatakan kegiatan ini untuk mencari solusi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan industri pasar modal di Tanah Air. “Potensi resesi global akan menjadi ancaman bagi ekonomi dan pasar modal Indonesia,” ujarnya saat webinar Economic & Capital Market Outlook 2023, Jumat (9/12/2022).
Sementara itu Senior Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Faisal Rachman menambahkan adanya risiko dari ekonomi global dan domestik. Adapun faktor dominan global selain tingkat bunga federal reserve yang masih akan tinggi, juga resesi beberapa negara.
“Termasuk di China yang akan alami perlambatan ekonomi serta perang dan juga harga komoditi yang tinggi,” ucapnya.
Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan pemerintah agar dapat segera memitigasi berbagai tantangan yang tersedia di pasar global. “Ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja,” ucapnya.