Rabu 14 Dec 2022 06:38 WIB

CDC: 92 Persen Kematian Covid-19 di Amerika Terjadi pada Kelompok Lansia

Sebanyak 92 persen kematian Covid-19 terjadi pada lansia 65 tahun ke atas.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Sebanyak 92 persen kematian Covid-19 terjadi pada lansia 65 tahun ke atas.
Foto: www.freepik.com.
Sebanyak 92 persen kematian Covid-19 terjadi pada lansia 65 tahun ke atas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang lebih tua selalu dikenal sebagai salah satu kelompok dengan risiko kematian tertinggi akibat Covid 19. Namun ternyata, dampak Covid-19 pada lansia kian menjadi bagian yang lebih besar dari sebelumnya.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), orang Amerika berusia 65 tahun ke atas menyumbang 92 persen dari semua kematian akibat virus. Menurut analisis ABC News, hal ini adalah pertama kalinya warga lanjut usia mengalami lebih dari sembilan dari 10 kematian sejak pandemi dimulai dan peningkatan drastis dari sekitar 58 persen kematian yang mereka alami pada musim panas 2021.

Baca Juga

Seorang ahli penyakit menular mengatakan kepada ABC News bahwa data tersebut menunjukkan kurangnya penguat yang diterima oleh populasi yang lebih tua. Hal itu menyebabkan dampak penyakit ini mengenai yang paling rentan saat perlindungan meningkat dalam populasi.

"Intinya adalah usia adalah faktor risiko paling kuat untuk kematian akibat Covid dan kami telah mengetahuinya selama ini,"ujar Peter Chin-Hong, spesialis penyakit menular di University of California, San Francisco, seperti dilansir dari laman ABCNews, Rabu  (14/12/2022).

Pada titik pandemi ini, tidak cukup hanya mendapatkan serangkaian vaksin. Jadi, yang tercermin adalah kegagalan kelompok usia yang lebih tua untuk mendapatkan booster. Menurut data CDC, pada 24 November, hanya sepertiga dari orang berusia 65 tahun ke atas yang telah menerima penguat bivalen.

Penguat yang diperbarui secara khusus melindungi dari subvarian omicron BA.4 dan BA.5, yang saat ini merupakan 20 persen dari infeksi di AS. Meskipun persentase ini lebih tinggi daripada kebanyakan kelompok usia lainnya, Chin-Hong mengatakan, masih cukup rendah untuk kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit parah dan kematian.

"Sebelum vaksin, manula meninggal secara tidak proporsional tetapi perbedaan antara manula dan non-senior tidak terlalu besar," ujarnya.

Selain itu, bukan hanya manula yang tidak dikuatkan yang berisiko meninggal. Menurut CDC, pada 1 Oktober, lansia yang tidak divaksinasi berusia 80 tahun ke atas meninggal pada tingkat tertinggi 14,6 per 100 ribu diikuti oleh lansia yang tidak divaksinasi berusia 65 hingga 79 tahun pada 5,68 per 100 ribu.

Mereka yang berusia di atas 65 tahun yang divaksinasi tetapi tanpa booster yang diperbarui memiliki tingkat kematian tertinggi berikutnya sebesar 3,69 per 100 ribu untuk mereka yang berusia di atas 80 tahun dan 0,71 per 100 ribu untuk mereka yang berusia 65 hingga 79 tahun. Chin-Hong mengatakan, lebih banyak upaya perlu dilakukan untuk mendapatkan vaksin dan penguat bagi manula, seperti panti jompo dan pusat komunitas, seperti pada awal kampanye vaksinasi.

"Kami mulai memvaksinasi kelompok usia itu dengan sangat rajin. Dulu, mereka yang pertama mengantre. Semua orang ingin nenek dan nenek mendapatkan vaksin. Tapi itu hanya sebagian dari gambaran dan sistem kekebalan perlu diingatkan sekarang dan saat itulah Anda akan paling sering melihat komplikasi," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement