REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG--Dalam upaya peningkatan produksi pangan, khususnya pangan asal ternak untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan tujuan ekspor, Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng para pelaku usaha untuk saling berkolaborasi dan berinvestasi dalam bidang peternakan.
“Kolaborasi dengan pelaku usaha bidang peternakan ini sangat penting, terutama untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan global,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah saat acara Rapat Koordinasi Teknis Nasional (Rakorteknis) II Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2022 yang dilaksanakan hari ini Rabu di ICE BSD Serpong (13/12/2022).
“Peningkatan produksi pangan ini menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan, terutama untuk kesiapan negara dalam penyediaan pangan hewani asal ternak dan mengurangi ketergantungan impor”, imbuhnya.
Dirjen PKH Nasrullah menyebutkan realisasi produksi komoditas utama peternakan secara komulatif dari bulan Januari s.d November 2022 untuk produksi daging (sapi, kerbau, kambing, domba, ayam ras, ayam buras, itik, babi) sebesar 4,73 juta ton atau 102,93% dari target sebesar 4,59 juta ton. Produksi susu sebesar 897,84 ribu ton atau 91,67% dari target sebesar 979,46 ribu ton, sedangkan produksi telur sebesar 5.705,94 ribu ton atau 99,96% dari target 5.708,21 ribu ton.
“Secara garis besar kebutuhan pangan hewani asal ternak sudah tercukupi, namun demikian untuk pemenuhan daging sapi/kerbau kita masih memerlukan impor dari negara lain, sehingga harus kita pikirkan untuk mendongkrak peningkatan populasi dan produksi sapi/kerbau di dalam negeri”, kata Nasrullah.
Ia tekankan, peningkatan produk untuk subtitusi impor juga menjadi hal yang sangat penting, diantaranya dengan peningkatan produksi daging kambing dan domba, serta ayam buras yang saat ini mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan.
Untuk mendongkrak investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Kementan menggandeng 5 pelaku usaha bidang peternakan untuk kerjasama, diantaranya: (1). HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia); (2). PT. Great Giant Livestock; (3). PT. Bumi Rojo Koyo; dan (4). HIMPULI (Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia); (5). PT. Asiabeef Biofarm Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Nasrullah juga menyampaikan, realisasi investasi PMDN Peternakan periode Januari-Juni 2022 sebesar Rp1,80 triliun atau meningkat 53,00% dibandingkan Januari-Juni 2021 (C to C).
“Peningkatan PMDN yang signifikan terjadi pada usaha peternakan sapi dan kerbau, yaitu sebesar Rp. 0,37 triliun atau meningkat 136,26% dibandingkan tahun 2021 (C to C)”, ungkap Nasrullah. Sementara realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Peternakan Januari-Juni 2022 sebesar USD24,24 juta atau meningkat 478,82% dibandingkan Januari-Juni 2021 (C to C). “Peningkatan PMA yang signifikan juga terjadi pada usaha peternakan sapi dan kerbau, yaitu sebesar USD4,9 juta atau meningkat 801,25% dibandingkan tahun 2021 (C to C)”, imbuhnya menjelaskan.
Lebih lanjut, Nasrullah menyampaikan, untuk mendukung pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya, Pemerintah telah memfasilitasi kemudahan akses pembiayaan, salah satunya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dimana realisasi KUR peternakan Januari-November 2022 sebesar Rp17,70 triliun atau mencapai 82,84% dari target Rp. 21,36 triliun yang telah diakses oleh 447.742 debitur.
“Upaya-upaya yang kita lakukan ini tentunya harapannya dapat mendongkrak peningkatan produksi, peningkatan nilai tambah dan daya saing, peningkatan pendapatan peternak dan dan perekonomian negara”, ungkap Nasrullah.
Nasrullah pun menyebutkan, meskipun Indonesia dilanda pandemi covid selama hampir 3 tahun ini dan wabah PMK, namun kinerja ekonomi peternakan tahun 2022 mampu bertahan di angka posistif.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), PDB peternakan pada triwulan III tahun 2022 sebesar Rp44,96 triliun atau meningkat 7,40% dibandingkan triwulan III tahun 2021 (Y on Y). Secara kumulatif, PDB peternakan pada periode Januari-September 2022 sebesar Rp137,46 triliun atau meningkat 5,92% dibandingkan Januari-September 2021 (C to C).
Volume ekspor peternakan pada periode Januari-Oktober 2022 sebesar 230.066 ton atau mengalami penurunan 16,78% dibandingkan Januari-Oktober 2021 (C to C). Meskipun volumenya menurun namun nilainya sebesar USD878,75 juta atau meningkat 3,03% dibandingkan Januari-Oktober 2021 (C to C). Selanjutnya, untuk Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) pada bulan November 2022 sebesar 100,99 atau meningkat 1,44% dibandingkan November 2021 (Y on Y).
“Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat, baik itu peternak, pelaku usaha, pemerintah daerah maupun masyarakat secara luas yang telah berkontribusi dalam penyediaan pangan asal ternak untuk negeri kita tercinta ini”, kata Nasrullah. “Kolaborasi dan sinergi antar semua stakeholder ini sangat penting untuk mencapai tujuan kita bersama, yaitu mewujudkan Indonesia Swasembada Pangan Asal Ternak”, katanya.