Senin 19 Dec 2022 18:04 WIB

Anggota Taliban Pakistan Rebut Kantor Polisi dan Sandera Petugas

30 anggota Taliban yang ditangkap berhasil ambil alih kantor polisi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
ebih dari 30 anggota Taliban Pakistan yang ditangkap melakukan perlawanan terhadap petugas dan berhasil mengambil alih sebuah kantor polisi di daerah Bannu
Foto: AP/Ebrahim Noroozi
ebih dari 30 anggota Taliban Pakistan yang ditangkap melakukan perlawanan terhadap petugas dan berhasil mengambil alih sebuah kantor polisi di daerah Bannu

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Lebih dari 30 anggota Taliban Pakistan yang ditangkap melakukan perlawanan terhadap petugas dan berhasil mengambil alih sebuah kantor polisi di daerah Bannu, Ahad (18/12/2022). Mereka menyandera para personel polisi di kantor tersebut dan mengajukan tuntutan agar difasilitasi perjalanan yang aman ke Afghanistan.

Juru bicara provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Muhammad Ali Saif, mengatakan, sebelum aksi penyanderaan, kepolisian menangkap lebih dari 30 orang yang dicurigai terlibat aktivitas terorisme. Setelah digelandang ke sebuah kantor polisi di Bannu yang berada di dekat perbatasan Afghanistan, mereka secara serentak melakukan perlawanan terhadap petugas kepolisian.

“Selama interogasi, beberapa dari mereka merebut senjata dari polisi dan kemudian menyandera seluruh staf,” kata seorang pejabat senior Bannu yang enggan dipublikasikan identitasnya, dikutip laman Al Arabiya.

Menurut pejabat tersebut, dalam proses negosiasi, para tersangka menuntut agar otoritas Pakistan memberikan akses yang aman bagi mereka untuk pergi ke Afghanistan. “Mereka ingin kami memberi mereka jalan yang aman melalui rute darat atau udara. Mereka ingin membawa semua sandera dan membebaskan mereka nanti di perbatasan Afghanistan atau di dalam Afghanistan,” ucapnya.

Kelompok Tahreek-e-Taliban Pakistan (TTP) mengklaim bertanggung jawab atas aksi penyanderaan itu. TTP pun menuntut otoritas Pakistan memberikan akses aman kepada lebih dari 30 anggotanya untuk pergi ke Afghanistan. "Jika tidak, seluruh tanggung jawab atas situasi ini ada pada militer," kata TTP dalam sebuah pernyataan.

Dalam sebuah video di media sosial yang sudah dikonfirmasi oleh pejabat-pejabat pemerintah bahwa rekaman itu berasal dari lokasi kejadian, tampak sekelompok pria bersenjata dengan janggut panjang, berdiri di antara para sandera. Salah satu dari mereka mengancam akan membunuh semua sandera.

Salah satu anggota TTP itu mengatakan bahwa terdapat delapan orang yang mereka sandera, termasuk staf polisi dan militer. TTP yang terbentuk pada 2007 tidak memiliki kaitan dengan kelompok Taliban di Afghanistan. Namun mereka memiliki ideologi serupa.

Bulan lalu, TTP telah membatalkan gencatan senjata dengan pemerintah Pakistan yang tercapai pada Juni lalu. TTP kemudian memerintahkan para anggotanya untuk melancarkan serangan ke seluruh Pakistan. “Operasi militer sedang berlangsung terhadap mujahidin di berbagai wilayah, jadi sangat penting bagi Anda untuk melakukan serangan di mana pun Anda bisa di seluruh negeri,” kata TTP dalam sebuah pernyataan 28 November lalu.

TTP menyetujui gencatan senjata dengan pemerintah Pakistan pada Juni lalu. Namun kedua belah pihak telah berulang kali mengklaim bahwa gencatan senjata diabaikan dan telah terjadi banyak bentrokan.

Sejak 2010, sebagian besar anggota TTP telah diusir Pakistan ke negara tetangganya, yakni Afghanistan. Tekad dan keberanian mereka tergugah saat Taliban Afghanistan berhasil merebut kembali kekuasaan di negara tersebut pada Agustus 2021.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement