Selasa 27 Dec 2022 05:08 WIB

Xi Jinping: Pengendalian Covid di China Hadapi Tugas Baru 

Namun sejak kebijakan nol-Covid dilonggarkan, China menghadapi lonjakan kasus baru.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan membawa seseorang ke rumah sakit, di Shanghai, China, Jumat, 23 Desember 2022. Rumah sakit di China berjuang untuk mengatasi karena meningkatnya jumlah kasus COVID-19. Sejak pencabutan mendadak pembatasan COVID-19 domestik, kasus-kasus meroket di China, menyebabkan bisnis tutup karena karyawan sakit, sekolah beralih ke kelas online, dan apotek berjuang dengan tingginya permintaan. Pada 21 Desember, akun WeChat resmi Rumah Sakit Shanghai Deji menerbitkan postingan dengan perkiraan 5,43 juta kasus positif di kota tersebut dan memperkirakan 12,5 juta dapat terinfeksi pada akhir tahun. Sehari setelahnya, postingan tersebut tidak lagi tersedia.
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Petugas kesehatan membawa seseorang ke rumah sakit, di Shanghai, China, Jumat, 23 Desember 2022. Rumah sakit di China berjuang untuk mengatasi karena meningkatnya jumlah kasus COVID-19. Sejak pencabutan mendadak pembatasan COVID-19 domestik, kasus-kasus meroket di China, menyebabkan bisnis tutup karena karyawan sakit, sekolah beralih ke kelas online, dan apotek berjuang dengan tingginya permintaan. Pada 21 Desember, akun WeChat resmi Rumah Sakit Shanghai Deji menerbitkan postingan dengan perkiraan 5,43 juta kasus positif di kota tersebut dan memperkirakan 12,5 juta dapat terinfeksi pada akhir tahun. Sehari setelahnya, postingan tersebut tidak lagi tersedia.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Presiden China Xi Jinping mengatakan, saat ini proses pengendalian Covid-19 di negaranya menghadapi tugas baru. Itu merupakan pernyataan pertama Xi terkait penanganan pandemi sejak Negeri Tirai Bambu melonggarkan kebijakan nol-Covid awal bulan ini.

“Saat ini, pencegahan dan pengendalian Covid-19 di China menghadapi situasi baru dan tugas baru,” kata Xi dalam sebuah pengarahan, Senin (26/12/2022), dilaporkan China Central Television (CCTV).

Baca Juga

Dia mendesak para pejabat di pemerintahannya untuk bisa melindungi kehidupan warga. “Kita harus meluncurkan kampanye kesehatan patriotik dengan cara yang lebih tepat sasaran. Perkuat garis pertahanan komunitas untuk pencegahan dan pengendalian epidemi, serta lindungi kehidupan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat secara efektif,” ucapnya.

Awal bulan ini China telah melonggarkan kebijakan nol-Covid setelah adanya gelombang protes dari warga. Kebijakan itu telah menempatkan ratusan juta warga di sana di bawah penguncian atau lockdown. Di sisi lain, akibat kebijakan nol-Covid, China juga mengalami perlambatan ekonomi.

Namun sejak kebijakan nol-Covid dilonggarkan, China menghadapi lonjakan kasus baru Covid-19. Banyak penduduk bergulat dengan kekurangan obat-obatan. Sementara fasilitas medis darurat dijejali oleh masuknya pasien lansia yang kurang divaksinasi. Studi memperkirakan bahwa sekitar 1 juta orang bisa mati selama beberapa bulan ke depan.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement