Kamis 29 Dec 2022 13:19 WIB

Rencana Perbedaan Tarif KRL, Wapres: Sebaiknya Diuji Coba Dulu

Wapres menilai uji coba perbedaan tarif KRL perlu agar tidak jadi persoalan

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kanan) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kiri) menumpang KRL Commuter Line Jakarta dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Manggarai untuk meresmikan pengembangan Stasiun Manggarai tahap 1 di Jakarta. Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi rencana Menteri Perhubungan mengubah sistem subsidi tarif KRL Commuter Line bagi orang kaya yang akan naik. Ma'ruf menilai kebijakan ini harus dikaji secara matang, mulai dari implementasinya hingga kekurangan dan kelebihannya.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kanan) dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kiri) menumpang KRL Commuter Line Jakarta dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Manggarai untuk meresmikan pengembangan Stasiun Manggarai tahap 1 di Jakarta. Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi rencana Menteri Perhubungan mengubah sistem subsidi tarif KRL Commuter Line bagi orang kaya yang akan naik. Ma'ruf menilai kebijakan ini harus dikaji secara matang, mulai dari implementasinya hingga kekurangan dan kelebihannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi rencana Menteri Perhubungan mengubah sistem subsidi tarif KRL Commuter Line bagi orang kaya yang akan naik. Ma'ruf menilai kebijakan ini harus dikaji secara matang, mulai dari implementasinya hingga kekurangan dan kelebihannya.

"Apakah nanti implementasinya seperti apa, mungkin perlu diuji coba dulu, diuji coba dulu seperti apa hasilnya, bagaimana kekurangan-kekurangannya," ujar Ma'ruf di Istana Wakil Presien, Jakarta, Kamis (29/12).

Meski begitu, Ma'ruf memahami tujuan dari rencana perubahan subsidi tarif KRL ini sebagai subsidi silang atau cross subsidy. "Kalau idenya kan memang baik supaya yang kuat itu menolong yang lemah dan memang pembebanan itu supaya juga disesuaikan dengan daya pikulnya, istilahnya cross subsidy, yang kuat membantu yang lemah, itu idenya sudah betul," ujarnya.

Namun demikian, Pemerintah masih mengkaji secara matang rencana ini agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari."Sebab satu ide yg baik itu kadang-kadang juga perlu implementasinya perlu dicoba, dipaskan, ditepatkan sehingga nanti gimana hal-hal yang perlu diperbaiki, tentu Pemerintah akan melakukan uji coba terlebih dahulu (jika kebijakan ini dilakukan)," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement