Sabtu 31 Dec 2022 06:29 WIB

Gabungan Peneliti Dalam dan Luar Negeri Usulkan Ekowisata Citarik di DAS Citarum

Ekowisata menawarkan kegiatan wisata berbasis alam di sepanjang Sungai Citarik.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Sejumlah anggota komunitas membersihkan sampah di bantaran sungai saat aksi bersih Sungai Citarik di Desa Cibodas, Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (14/3/2021). Aksi bersih Sungai Citarik yang diikuti oleh berbagai komunitas pecinta alam dan lingkungan tersebut digelar dalam rangka menyambut Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret mendatang serta sebagai salah satu langkah untuk memastikan kebersihan di daerah aliran sungai tersebut.
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Sejumlah anggota komunitas membersihkan sampah di bantaran sungai saat aksi bersih Sungai Citarik di Desa Cibodas, Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (14/3/2021). Aksi bersih Sungai Citarik yang diikuti oleh berbagai komunitas pecinta alam dan lingkungan tersebut digelar dalam rangka menyambut Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret mendatang serta sebagai salah satu langkah untuk memastikan kebersihan di daerah aliran sungai tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gabungan peneliti dalam dan luar negeri mengusulkan, adanya Ekowisata Citarik di DAS Citarum, Kabupaten Bandung sebagai laboratorium hidup untuk penelitian dan dampak internasional. Penelitian tersebut, dilakukan oleh Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran dan Universitas Monash Australia dengan dana riset VESKI dari Negara Bagian Victoria, Melbourne, Australia. 

Menurut Ketua tim sosial-Riset Citarum “Ekowisata Citarik” Reni Suwarso PhD dari UI, ekowisata baru ini direncanakan dibangun di Kabupaten Bandung, Kecamatan Solokan Jeruk, Desa Padamukti dan Desa Cibodas, sekitar 7 Km dari stasiun kereta api cepat Padalarang. 

Ekowisata menawarkan kegiatan wisata berbasis alam di sepanjang Sungai Citarik, mendukung industri dan ekonomi masyarakat sekitar, sekaligus memperbaiki dan merawat koridor ekologi sungai, anak sungai dan oxbownya. 

Reni mengatakan, penelitian ini sudah berlangsung selama tiga tahun. Yakni, dimulai ketika tim peneliti audiensi dengan Gubernur Ridwan Kamil di bulan Desember 2019 menyerahkan hasil riset “Membangun Daerah yang sensitive air di Kota dan Kabupaten Bogor (2017-2019)” yang didanai oleh AIC (Australia-Indonesia Center).

"Setelah satu tahun meneliti, penelitian terpaksa dibekukan sementara karena pandemi Covid-19, namun demikian para peneliti tetap bekerja di balik komputer (desktop research)," ujar Reni, Jumat (30/12). 

Setelah situasi memungkinkan, kata dia, para peneliti segera turun lapangan bertemu dengan beragam pemangku kepentingan yang terkait, dilakukan secara luring maupun daring. 

"Secara khusus juga menghadap Pak Bupati Kabupaten Bandung Dadang Supriatna untuk mendiskusikan hasil penelitian lapangan pada Desember 2021," katanya.

Penelitian ini, kata dia, mendukung usulan DJKN Bandung, Jabar sebagai juara lomba “KOIN Kemenkeu 2021” untuk membangun “Ekowisata Citarik” yang bisa menjadi salah satu etalase program Citarum Harum karena memenuhi sebagian dari 12 kriteria program PPK DAS Citarum. 

Di antaranya, kata dia, penanganan air limbah domestik, pengelolaan sampah, pengendalian pemanfaatan ruang DAS Citarum, pemantauan kualitas air, pengelolaan SDA, edukasi masyarakat, hubungan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan dan ekonomi. 

Saat ini, kata Reni, Ekowisata Citarik  sudah siap untuk mulai dibangun karena sudah memenuhi sebagian kriteria kesiapan. Pertama, secara hukum masuk dalam program prioritas nasional  Peraturan Bappenas No 2 Tahun 2021,Perpres No 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan PPK Das Citarum, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata Di Daerah, Peraturan Gubernur No 37 Tahun 2021 Tentang Revisi Rencana Aksi PPK DAS Citarum 2021-2025.

Kesiapan kedua, kata Reni, sudah mulai melakukan studi kelayakan, mempersiapkan desain masterplan, mempersiapkan pengadaan tanah dan dokumen lingkungan. "Dua masalah paling penting yang biasanya mengganjal pelaksanaan projek pembangunan sudah diatasi dengan baik, yaitu status tanah, dukungan aparat pemerintahan Desa dan masyarakat. Status tanah yang akan dimanfaatkan sudah clean and clear oleh KPKNL Bandung DJKN bahwa itu milik BBWS di tanah 3 oxbow," paparnya.

Pengukuran tanah, kata dia, dilakukan bersama oleh KPKNL, BBWS dan UI pada 23 Februari 2022. Aparat pemerintahan Desa sudah memberikan komitmen untuk memberikan izin menggunakan lahan milik desa, disampaikan secara terbuka di depan peserta workshop tgl 21 Mei 2022 dan 11 Juni 2022.

Penerimaan masyarakat desa Padamukti dan desa Cibodas terhadap usulan membangun Ekowisata terlihat dari hasil penelitian Anita dari BP2D Jabar. Yakni, ada 92,5 persen responden setuju jika desanya dijadikan kawasan ekowisata karena dapat meningkatkan perekonomian warga (34 persen), lingkungan menjadi lebih baik (34 perse) dan agar ramai (17 persen). 

Menurutnya, kesiapan design masterplan dan dokumen lingkungan juga sudah dilakukan walaupun perlu dimatangkan dan disesuaikan dengan kondisi terakhir di lapangan. 

"Ketiga, kesiapan dana Ekowisata Citarik merupakan contoh kerjasama Pentahelix (kampus, masyarakat, pemerintah, industri dan media). Namun di tahap ini yang terlibat langsung baru tiga, yaitu kampus, masyarakat dan pemerintah," paparnya.

Menurut dia, kampus sudah melakukan kontribusi dana dengan cara tim peneliti mengikuti berbagai kompetisi hibah penelitian di dalam dan luar negeri. Dana hibah yang diperoleh di antaranya UI Dirjen Pendidikan Tinggi – Indonesia based (research-based data 2020), Victoria State Government Travel Grant – Australia based (trip to Makassar dan Australia 2020), APN (Asia Pacific Network) – Japan based  (social research 2021-2022), VESKI (Victoria State Government Endowment Fund) –Australia based (social, bio-physic, waste 2022), AWL (Australian Award Leadership) –Australia based (two weeks training 2023) dan MADA (Internal Grant of Monash University) – Australia based (Co-design work 2023). 

Dikatakan Rini, untuk mempertajam rencana pembangunan Ekowisata Citarik pihaknya telah menggelar diskusi Ekowisata Citarik dengan cara hybrid di Smart Meeting Room, Gedung Dekanat Fakultas Teknik, Kampus Universitas Indonesia Depok, Kamis (29/12). 

Diskusi membahas hasil penelitian “Citarum Transformation: A Living Laboratory for International Research and Impact (Transformasi Citarum: Laboratorium hidup untuk penelitian dan dampak internasional)” yang dikaitkan dengan readiness criteria (kriteria kesiapan) pembangunan ‘Ekowisata Citarik.

Diskusi dihadiri oleh Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat - Komisi 1, Tim ahli Satgas Citarum Harum, Tim Akselerasi Pembangunan Provinsi Jabar, Bappeda Jabar, BP2D Jabar, Dinas Sumber Daya Air Jabar, dan Tim Peneliti UI. 

Tim Ahli Satgas Citarum Harum Dr Sjarmidi mengatakan, Ekowisata Citarik berpotensi menjawab tantangan pasca Satgas Citarum Harum dan TNI/Polri selesai bertugas di 2025.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat/ Fraksi Demokrat Yoda Octora mengatakan, DPRD Jawa Barat mendukung Ekowisata Citarik karena dapat meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat sekaligus menjaga ekologi Sungai Citarum. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement