REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Bank of Japan (BOJ) dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan laju perkiraan inflasi pada Januari 2023. Perkiraan laju inflasi akan semakin mendekati target inflasi sebesar dua persen pada tahun fiskal 2023 dan 2024.
Seperti dilansir dari laman Reuters, Ahad (1/1/2023), bank sentral Jepang sebelumnya telah mengejutkan pasar dengan memperluas kisaran batas imbal hasil obligasi tenor 10 tahun. BOJ menyebut langkah ini merupakan kebijakan yang ditujukan untuk meluruskan distorsi pasar obligasi. Meski demikian, langkah tersebut dilihat oleh beberapa analis sebagai langkah awal untuk keluar dari kebijakan pelonggaran moneter Jepang yang sangat longgar.
Kenaikan proyeksi inflasi Jepang diperkirakan akan semakin memperkuat spekulasi terkait kebijakan pengetatan moneter. Hal itu terutama karena Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda sempat menyampaikan pihaknya dapat mempertimbangkan kebijakan exit apabila target inflasi tercapai bersamaan dengan tingkat kenaikan upah.
Berdasarkan laporan Nikkei, perubahan proyeksi inflasi tersebut yakni tingkat inflasi inti pada tahun fiskal 2022 akan mencapai 3 persen, kemudian antara 1,6 persen dan 2 persen pada tahun fiskal 2023, dan sekitar 2 persen pada tahun fiskal 2024. Sementara itu, proyeksi inflasi inti sebelumnya yang dirilis pada Oktober 2022 masing-masing sebesar 2,9 persen, 1,6 persen, dan 1,6 persen.
Tingkat inflasi inti Jepang telah melonjak 3,7 persen pada November 2022. Angka itu menjadi yang tertinggi sejak 1981.
Kuroda telah menepis kemungkinan kenaikan suku bunga dalam jangka pendek. Dia mengatakan, kenaikan harga baru-baru ini lebih didorong oleh kenaikan biaya bahan baku dibanding permintaan yang kuat. BOJ akan merilis prospek pertumbuhan dan proyeksi inflasi setelah pertemuan kebijakan berikutnya pada 17-18 Januari 2023.