REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat (Jabar), M Ridwan Kamil memberi penjelasan terkait kritikan yang dialamatkan kepadanya lantaran membawa percakapan berisi kritikan di Twitter ke Instagram. Hal itu bermula ketika akun Twitter @Outstandjing mengkritik langkah sang gubernur yang lebih membangun Masjid Al Jabbar daripada membenahi transportasi umum di Bandung Raya.
Apalagi, proyek pembangunan masjid menelan anggaran sekitar Rp 1 triliun. Pada saat bersamaan, warga mengeluh dengan kondisi transportasi publik di kawasan Bandung yang buruk. Padahal, sejak awal, Kang Emil dalam kampanyenya ingin memprioritaskan masalah penanganan macet.
Percakapan di Twitter itu dipindahkan Kang Emil ke akun Instagram miliknya dengan me-mention @Outstandjing. Dampaknya, pemilik akun @Outstandjing mendapat banyak makian dari pengikut akun Kang Emil.
Dia pun akhirnya membawa bukti komentar berisi makian di Instagram ke Twitter lagi. Isu itu menjadi ramai hingga Kang Emil harus membuat klarifikasi di lini masa.
"Berinteraksi di media sosial pasti penuh dinamika. Apapun platformnya. Sukanya di Twitter silakan. sukanya di IG, di Tiktok silakan. Tdk ada satu platform lebih superior dari yang lain. Yangg penting silakan kritisi/dialog. Dalam dialog selalu ada respon bijak, datar bahkan kasar," katanya lewat akun Twitter, @ridwankamil dikutip Republika.co.id di Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Dia mengaku, memang lebih sering berinteraksi dengan warga di Instagram daripada di Twitter. Alasan teknis itulah yang membuatnya membawa percakapan di Twitter ke Instagram. Lagi pula, Kang Emil mengaku, tidak ingin terjadi perang tuit di lini masa jika perdebatan itu dilanjutkan.
"Saya berdialog dg @Outstandjing di IG kerena memang rutinitas update di sana, kemudian di mirror di Twitter. Debat dengan kritikus? Selalu coba direspon, tapi tidak perlu panjang kali lebar ala Twitwar. Saya cukup menyampaikan hak jawab saya. Setelahnya, pemirsa simpulkan masing-masing," ucap Kang Emil.
Kang Emil pun kemudian mengutip hasil survei beberapa waktu lalu, yang menempatkan warganet Indonesia paling tidak sopan se-Asia. Dia juga tidak ingin debat di Twitter malah sampai memicu emosi dan terucap kata kasar dari warganet.
"Kenapa netizen pada julid suka ngerujak? Ya itulah masalah kita bersama. Bahkan juara terkasar se-Asia Pasifik. Tipe begitu ada di kelompok mana-mana. Pemilik akun tidak ada daya mengontrol jempol follower. Yang ada adalah konsisten mengedukasi agar selalu sopan penuh adab," kata eks wali kota Bandung tersebut.
Dia pun menjelaskan, warganet Twitter kerap lebih senang menyerang daripada fokus berdepat. "Pengamatan saya, seringkali yang dibahas 'too much focusing on style over substance'. Apalagi fenomena akun-akun bodong atau akun nol posting selalu meriuhkan hal-hal nonsubstanstif, Padahal substansi debatnya sudah dibahas dan saling berargumentasi dengan baik. Hatur Nuhun," ujarnya.
Saya berdialog dg @Outstandjing di IG kerena memang rutinitas update di sana, kemudian di mirror di twitter. Debat dengan kritikus? Selalu coba direspon, tapi tdk perlu panjang kali lebar ala twitwar. Saya cukup menyampaikan hak jawab saya. Setelahnya, pemirsa simpulkan masing2.
— Ridwan Kamil (@ridwankamil) January 4, 2023