Kamis 05 Jan 2023 08:16 WIB

Level Rendah Dolar AS Bertahan Setelah Kenaikan Suku Bunga Rendah The Fed

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan lalu.

Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas memberikan uang pecahan dolar AS kepada pembeli di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah kembali menembus level Rp15.300 pada perdagangan Selasa (4/10) siang, dimana sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah mulai melandainya nilai dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS bertahan di level yang lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Risalah dari pertemuan Federal Reserve Desember tidak memberikan kejutan atau informasi baru tentang ukuran kenaikan suku bunga yang diperkirakan pada Februari.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan lalu. Para pejabat Fed sepakat bahwa laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat akan memungkinkan mereka untuk terus meningkatkan biaya kredit. Hal itu guna mengendalikan inflasi secara bertahap yang dimaksudkan untuk membatasi risiko pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga

Risalah tersebut juga menjelaskan bahwa keputusan untuk menaikkan suku bunga yang lebih kecil tidak boleh ditafsirkan oleh investor atau masyarakat luas sebagai pelemahan komitmen bank sentral untuk membawa inflasi kembali ke target 2,0 persen.

"Menurut saya risalah tersebut tidak menawarkan informasi baru yang signifikan," kata Brian Daingerfield, kepala strategi valas G10 di NatWest Markets di Stamford, Connecticut.

Prospek hawkish The Fed ditangkap oleh revisi yang lebih tinggi dalam ekspektasi rata-rata suku bunga untuk 2023 pada pertemuan Desember dan "tercermin dengan baik dalam konferensi pers dan prakiraan serta pernyataan pada saat itu."

Risalah juga tidak banyak mengubah ekspektasi untuk pertemuan Februari Fed. Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan kemungkinan 67 persen bahwa bank sentral AS akan terus memperlambat laju kenaikan suku bunga pada Februari menjadi 25 basis poin. Kenaikan 50 basis poin pada Desember mengikuti empat kenaikan 75 basis poin berturut-turut.

"Tidak ada petunjuk jelas yang akan saya katakan bahwa Fed condong ke arah pelambatan lebih lanjut atau condong ke arah mempertahankan basis baru pergerakan 50 basis poin yang mereka lakukan pada Desember. Saya pikir itulah alasan utama mengapa kami belum melihat reaksi yang besar," kata Daingerfield.

Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya terakhir turun 0,47 persen pada 104,22, setelah mencapai tertinggi dua minggu 104,86 pada Selasa (3/1/2023). Pasar pekerjaan yang masih solid dipandang memberi ruang bagi Fed untuk melanjutkan kenaikan suku bunga ketika berjuang untuk menurunkan tekanan harga-harga.

Laporan ketenagakerjaan Desember yang akan dirilis pada Jumat (6/1/2023) adalah fokus ekonomi utama AS minggu ini. Diperkirakan itu akan menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 200 ribu pekerjaan di bulan tersebut. Sementara penghasilan per jam rata-rata diperkirakan telah meningkat 0,4 persen di Desember untuk peningkatan tahunan sebesar 5,0 persen.

Data pada Rabu (4/1/2022) menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan AS turun kurang dari yang diharapkan pada November karena pasar tenaga kerja tetap ketat.

Ada juga berita menggembirakan dalam pertarungan inflasi. Survei dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan ukuran harga yang dibayarkan oleh produsen untuk input turun pada Desember ke level terendah sejak Februari 2016, mengabaikan penurunan di awal pandemi COVID -19.

Optimisme untuk stimulus lebih lanjut di China karena dibuka kembali dari penutupan COVID-19 meningkatkan sentimen risiko pada Rabu (4/1/2023) pagi, mengurangi permintaan dolar AS.

Mata uang Australia juga melonjak 1,66 persen menjadi 0,6839 dolar AS setelah perencana negara China mengizinkan tiga utilitas yang didukung pemerintah pusat dan pembuat baja. Utamanya untuk melanjutkan impor batu bara dari Australia, langkah pertama sejak Beijing memberlakukan larangan tidak resmi perdagangan batu bara dengan Canberra pada 2020.

Euro naik di tengah optimisme bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya di wilayah tersebut setelah data menunjukkan bahwa tekanan harga konsumen Prancis berkurang lebih dari yang diperkirakan pada Desember. Itu meningkatkan harapan bahwa Bank Sentral Eropa dapat mengadopsi kebijakan yang tidak terlalu hawkish, yang pada gilirannya akan mendukung ekonomi lebih kuat.

Mata uang tunggal terakhir naik 0,54 persen pada 1,0605 dolar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement