Ahad 08 Jan 2023 05:50 WIB

Gerhana akan Sering Terjadi pada 2023, Salah Satu Tanda Kiamat?

Gerhana bukan merupakan tanda kiamat meski mengandung pesan hikmah

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
 Gerhana matahari sebagian terlihat di pusat kota Stockholm, Swedia, 25 Oktober 2022 (ilustrasi). Gerhana bukan merupakan tanda kiamat meski mengandung pesan hikmah .
Foto: EPA-EFE/Jonas Ekstrˆmer/TT
Gerhana matahari sebagian terlihat di pusat kota Stockholm, Swedia, 25 Oktober 2022 (ilustrasi). Gerhana bukan merupakan tanda kiamat meski mengandung pesan hikmah .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan ada empat gerhana yang akan terjadi pada 2023 ini. Disebutkan akan ada dua gerhana matahari dan dua gerhana bulan, tetapi hanya ada tiga gerhana yang bisa disaksikan di Indonesia.

Fenomena astronomi seperti gerhana memang merupakan hal biasa terjadi setiap tahun. Namun, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai suatu tanda kejadian. Ada juga yang mengangapnya sebagai tanda dari kiamat, bagaimana pandangan Islam?

Baca Juga

Dilansir dari Elbalad, berulangnya gerhana, baik bulan maupun matahari, tidak disebutkan Rasulullah SAW sebagai tanda kiamat sughra atau kubra. 

Namun, dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW menyebut tentang gerhana yang secara eksplisit menjadi tanda kiamat dengan bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ فُرَاتٍ الْقَزَّازِ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ  بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, Ishaq bin Ibrahim dan Ibnu Abi Umar Al Makki teks milik Zuhair, berkata Ishaq: telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang lain berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Furat Al Qazzaz dari Abu Ath Thufail dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata: Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu, beliau bertanya: "Apa yang kalian bicarakan?" Kami menjawab: Kami membicarakan kiamat.

Beliau bersabda, "Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kalian melihat 10 tanda-tandanya. Lalu beliau menyebut: Asap (kabut), Dajjal, binatang besar, matahari terbit dari tempat terbenamnya, turunnya Isa anak Maryam, Yajuj Majuj, tiga kali gerhana, yaitu sekali di timur, sekali di barat, sekali di Jazirah Arab, dan terakhir api yang keluar dari negeri Yaman menghalau orang banyak ke tempat mereka berkumpul.” [HR Muslim].

Hadits Nabi tersebut tidak menyebutkan secara jelas bahwa gerhana yang sering terjadi merupakan tanda-tanda besar atau tanda-tanda kecil dari hari kiamat. 

Dalam hadits lain, gerhana dikatakan sebagai tanda dari kebesaran Allah SWT dan kejadian yang dianjurkan untuk melakukan shalat.

عن عَائِشَةَ زَوْجِ النبي صلى الله عليه وسلم قالت خَسَفَتْ الشَّمْسُ في حَيَاةِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إلى الْمَسْجِدِ فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ الناس وَرَاءَهُ فَاقْتَرَأَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فقال سمع الله لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ قام فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً  طَوِيلَةً هِيَ أَدْنَى من الْقِرَاءَةِ اْلأُولَى ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً هو أَدْنَى من الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قال سمع الله لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ -ولم يذكر أبو الطَّاهِرِ ثُمَّ سَجَدَ- ثُمَّ فَعَلَ في الرَّكْعَةِ اْلأُخْرَى مِثْلَ ذلك حتى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ وَانْجَلَتْ الشَّمْسُ قبل أَنْ يَنْصَرِفَ ثُمَّ قام فَخَطَبَ الناس فَأَثْنَى على اللَّهِ بِمَا هو أَهْلُهُ ثُمَّ قال إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ [رواه مسلم]

Artinya: Dari Aisyah, istri Nabi SAW, (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari pada masa hidup Nabi SAW. Lalu beliau keluar ke mesjid, kemudian berdiri dan bertakbir dan orang banyak berdiri bersaf-saf di belakang beliau. Rasulullah SAW membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, kemudian bertakbir, lalu rukuk yang lama, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal-hamd, lalu berdiri lurus dan membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian bertakbir lalu rukuk yang lama, tetapi lebih pendek dari rukuk pertama, kemudian mengucapkan samiallahu liman hamidah, rabbana wa lakal-hamd, kemudian beliau sujud. [Abu Thahir tidak menyebutkan sujud]. Sesudah itu pada rakaat terakhir (kedua) beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama, sehingga selesai mengerjakan empat rukuk dan empat sujud. Lalu matahari terang (lepas dari gerhana) sebelum beliau selesai shalat.

Kemudian sesudah itu beliau berdiri dan berkhutbah kepada jamaah di mana beliau mengucapkan pujian kepada Allah sebagaimana layaknya, kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah shalat" (HR. Bukhari). 

Sementara itu, menurut Syekh Ahmad Karimah, guru besar Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, gerhana bulan dan gerhana matahari adalah fenomena alam biasa, bukan merupakan tanda kiamat. 

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

Dia pun mengutip hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa, matahari dan bulan merupakan salah satu tanda dari sekian tanda kebesaran Allah SWT. Dalam konsepsi Islam gerhana pun dimakna sebagai perkara ta’abbudi yang tidak bisa diutak-atik, tetapi dari aspek hikmahnya bisa diambil pelajaran. Apa hikmah yang dimaksud? 

Bahwa hendaknya, umat Muslim mengambil perenungan, agar menjadikan gerhana tersebut momen untuk memperkuat keimanan dan kesalehan, tak ada yang bisa memastikan bahwa gerhana tersebut akan menjadi akhir kehidupan di dunia. Allah SWT berfirman: 

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (QS at-Takwir ayat 1-2).  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement