REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran mengajarkan secara tegas untuk melakukan pembacaan teks Alquran dan pembacaan pada seluruh objek/sasaran ciptaan Tuhan di balik teks Alquran (alam).
Kalimat iqra yang diungkap tanpa objek (maful) menunjukkan pembacaan terbuka untuk menggali segenap objek cakrawala ilmu pengetahuan.
Pembacaan dimaksud pertama wilayah teks sebagai firman kebenaran Tuhan (ayat-ayat Quraniyah) yang berisi petunjuk lengkap baik berupa perintah dan larangan yang sangat sejalan dengan fitrah kemanusiaan.
Kedua, pembacaan di balik teks berupa ruang realitas alam mikro dan makro sebagai ayat/tanda kekuasaan Tuhan yang tak terbatas (ayat-ayat kauniyah).
Membaca wilayah dari sisi teks, Tuhan demikian tegas, berani, dan terbuka menantang siapa saja makhluk-Nya (jin dan manusia) untuk meneliti, mengoreksi, mengevaluasi, bahkan bila masih tidak puas dipersilakan membuat teks Alquran baru.
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS Al-Isra ayat 88)
Dengan sikap keterbukaannya itu, justru hingga sekarang tidak ada satu pun yang ber daya menandingi Alquran, baik dari sisi kandungan maupun segi tata bahasa dan keindahan sastranya.
Akibatnya, yang muncul hanya orang-orang kesal yang berkompensasi di pinggiran dengan cara mencaci, menginjak-nginjak Alquran, bahkan membakarnya.
Alquran ternyata makin berkibar seperti diakui Issa J Boullata. Dalam karyanya, Literary Structure of Religious Meaning in The Quran, Boullata menyatakan, Alquran sebagai kitab suci ribuan tahun yang tidak pernah rapuh/rusak hingga abad modern ini, baik dari sisi substansi maupun keindahan gaya dan bahasanya.
Inilah yang kemudian makin membuktikan kebenaran Alquran tidak saja berada di dalam teksnya, tetapi juga kebenaran yang berada di balik teks/ruang realitas.
Pengakuan Maurice Bucaille dalam bukunya, The Quran, The Bible and Science, Islam adalah agama yang sangat sejalan dengan fakta ilmiah, menunjukkan bahwa Alquran di balik teks/ruang realitas bicara tentang kebenaran. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kemudian Maurice memilih jalan memeluk Islam.
Menurut dia, Islam agama yang sangat terbuka. Tidak rigid dan radikal seperti apa yang selama ini dituduhkan oleh para fobia Islam, melainkan agama yang menghargai pluralisme dan universalisme yang melintasi budaya dan bangsa untuk saling bertukar dan belajar budaya, pengetahuan, dan peradaban.
Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya
Pernyataan spektakuler Maurice tentang dan pilihan hidupnya kepada Islam tentu bukan tanpa dasar, melainkan setelah secara rasional ia menekuni dan memahami Alquran dengan serius.
Atas dasar usaha seriusnya itulah dia menemukan salah satu firman Tuhan yang menurut dia berisi kandungan yang sangat komprehensif dan modern seperti yang telah disebutkan tadi. Firman itu tertera dalam surat al-Hujurat ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal.""