REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Komandan Korem 172/Praja Wira Yakthi Brigadir Jenderal TNI Juinta Omboh Sembiring mengatakan, persenjataan kelompok sipil bersenjata di Pegunungan Bintang saat ini sebagian besar diperoleh dari reruntuhan helikopter MI-17 yang jatuh di wilayah itu pada 2019.
Reruntuhan helikopter MI17 beserta jenazah kru dan penumpangnya ditemukan di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan, pada Februari 2020.
"Senjata yang diambil dari reruntuhan helikopter beserta amunisinyaitu digunakan untuk menyerang warga sipil dan aparat keamanan," kata Danrem dihubungi di Jayapura, Papua, Jumat.
Sembiring mengatakan jajarannya terus berupaya bekerja sama dengan Pemkab Pegunungan Bintang, tokoh masyarakat dan tokoh agama untukmelakukan pendekatan pada kelompok sipil bersenjata (KSB) tersebut agar nantinya tidak lagi mengganggu masyarakat.
Melalui pendekatan itulah, Danrem berharap KSB tidak lagi melakukan aksi kekerasan terhadap warga sipil dan aparat sehingga pembangunan dapat dilaksanakan.
"Segera menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukan karena bila tidak maka TNI-Polri akan melakukan pengejaran dan penangkapan yang dilakukan secara terukur," tegas Brigjen Sembiring.
Sebelumnya, sejak Sabtu, 7 Januari 2023, KSB melakukan sejumlah aksi teror dengan penembakan dan pembakaran sejumlah fasilitas umum. Bangunan yang dibakar, yaitu gedung SMKN 1 dan Kantor Disdukcapil Pegunungan Bintang, serta menembaki pesawat sipil milik Ikairos.
Pada 2019, sebuah helikopter MI-17 milik TNI yang membawa 12 penumpang kru mengalami kecelakaan dan jatuh saatpenerbangan dari Oksibil ke Sentani, Papua.
Penumpang yang berasal dari Batalion Yonif 725/WRG berjumlah lima orang, yaitu Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan (komandan regu), dengan anggota Prajurit Satu Yaniarius Loe (tamtama bantuan senapan otomatis), Prajurit Satu Risno (tamtama penembak senapan 1/GLM), Prajurit Dua Sujono Kaimudin (tamtama penembak senapan 2), dan Prajurit Dua Tegar Hadi Sentana (tamtama penembak senapan 4).
Sedangkan kru pengawak MI-17 adalah Kapten CPN Bambang sebagai flight engineer, Kapten CPN Aris (pilot), Sersan Kepala Suriatna (T/I), Letnan Satu CPN Ahwar (kopilot), Prajurit Satu Asharul (mekanik), Prajurit Kepala Dwi Pur (mekanik), dan Sersan Dua Dita Ilham (bintara avionika).
Helikopter itumembawa 11 pucuk senjata terdiri atastujuh jenis senapan serbu SS-1, tiga pistol, dan satu pelontar granat alias GLM beserta amunisinya.