Sabtu 14 Jan 2023 16:40 WIB

Apa Itu Serangan Jantung Kedua? Penyebab Lisa Marie Presley Meninggal

Mengalami serangan jantung kedua merupakan pukulan besar untuk jantung.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Lisa Marie Presley meninggal akibat serangan jantung kedua. Apa itu dan seberapa bahayanya? (ilustrasi)
Foto: Reuters
Lisa Marie Presley meninggal akibat serangan jantung kedua. Apa itu dan seberapa bahayanya? (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebab kematian putri Elvis Presley, Lisa Marie Presley, akhirnya terungkap. Lisa meninggal karena serangan jantung kedua yang dideritanya saat berada di rumah sakit.

Dilansir laman Daily Mail pada Sabtu (14/1/2023), anak tunggal Elvis dan Priscilla Presley yang berusia 54 tahun ini dilarikan ke rumah sakit pada Kamis (12/1/2023) pagi waktu setempat. Dia ditemukan pingsan di dalam rumah di Calabasas oleh asisten rumah tangganya. Tim Emergency Medical Technician (EMT) yang tiba di rumahnya berhasil menghidupkan dan mendapatkan denyut nadinya kembali.

Baca Juga

Tim EMT segera membawa Lisa ke rumah sakit. Sayangnya, otak Lisa mati saat tiba di rumah sakit.

Anggota keluarga Lisa berkumpul di samping tempat tidurnya, di mana dia dalam keadaan koma yang diinduksi dan dengan alat bantu hidup. Saat mengetahui Lisa mengalami mati otak, mereka menandatangani surat Do Not Resuscitate (DNR). Ini adalah "perintah" untuk tidak lagi melakukan upaya penyelamatan pasien henti jantung dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP).

Lisa dinyatakan menderita serangan jantung kedua dan meninggal dunia. Dilansir laman American Heart Association pada Sabtu (14/1/2023), serangan jantung pertama adalah peristiwa serius yang mengubah hidup, meskipun kebanyakan orang sekarang selamat darinya. Namun sebuah studi menggarisbawahi pentingnya melakukan segala kemungkinan untuk menghindari serangan jantung yang lain.

"Ini seperti terkena serangan lagi," ujar seorang ahli jantung di Klinik Cleveland di Ohio, dr Umesh Khot.

"Satu serangan jantung itu banyak, dan mengalami serangan jantung lagi merupakan pukulan besar untuk jantung," kata dia melanjutkan.

Khot adalah penulis utama studi yang meneliti pasien yang menderita serangan jantung kedua (infark miokard berulang) dalam waktu 90 hari setelah keluar dari rumah sakit setelah serangan jantung pertama. Studi ini diterbitkan pada 2021 di Journal of American Heart Association.

Tim Khot memeriksa data dari 6.626 rawat inap serangan jantung di Cleveland Clinic dari 2010 hingga 2017. Hanya sekitar 2,5 persen dari mereka yang masuk kembali dalam waktu 90 hari dengan serangan jantung lain. Hampir 50 persen dari jumlah tersebut akan meninggal dalam waktu lima tahun.

"Apa yang kami lakukan untuk pertama kalinya adalah menganalisis populasi besar pasien untuk menemukan kekambuhan yang tidak biasa ini dan menggambarkannya," ujarnya.

Khot mengatakan, penting bagi komunitas kardiologi untuk memahami bahwa fenomena ini terjadi. Jika itu terjadi, implikasinya signifikan terhadap kematian jangka panjang.

Salah satu hasil yang mengejutkan adalah bahwa risiko terbesar dari serangan jantung berulang terjadi dalam dua pekan pertama, yang berarti Anda harus benar-benar mengatasinya sejak dini dalam hal pengobatan. Menurut statistik dari American Heart Association, penyakit jantung adalah penyebab kematian nomor satu di Amerika Serikat (AS) dan di seluruh dunia. Sekitar 805 ribu orang di AS mengalami serangan jantung setiap tahun, seperempatnya adalah serangan jantung berulang.

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung tersumbat, merusak, atau menghancurkan sebagian otot jantung. Kelangsungan hidup dapat bergantung pada seberapa banyak kerusakan yang terjadi, dan seberapa cepat dapat diobati dengan pengobatan dan prosedur pembedahan.

Untuk mencegah serangan jantung berulang, para ahli merekomendasikan pasien untuk mengikuti saran profesional terkait pengobatan dan membuat perubahan gaya hidup untuk mengurangi faktor risiko. Pasien sebaiknya rutin berolahraga, mengonsumsi makanan yang sehat untuk jantung, menurunkan berat badan, mengontrol tekanan darah, dan berhenti merokok.

Studi ini bersifat observasional, menghitung frekuensi, dan bahaya serangan jantung berulang dini. "Kami tidak menjawab pertanyaan apakah kami dapat mengubahnya di luar perawatan rutin yang kami lakukan," kata Khot. Namun, hal itu membantu Khot dan Tim menekankan pesan utama dalam hal kepatuhan terhadap obat-obatan, menindaklanjuti dengan tim perawatan, dan praktik (kesehatan) yang baik secara umum.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement