Rabu 18 Jan 2023 07:10 WIB

EU Pangkas 20 Persen Suplai Energi dari Rusia

Uni Eropa sudah dapat mengatasi ketergangungan pada energi Rusia

 Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Uni Eropa (EU) memangkas lebih dari 20 persen permintaan energi dari Rusia selama Agustus-November tahun lalu
Foto: AP/Geert Vanden Wijngaert
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Uni Eropa (EU) memangkas lebih dari 20 persen permintaan energi dari Rusia selama Agustus-November tahun lalu

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS - Uni Eropa (EU) memangkas lebih dari 20 persen permintaan energi dari Rusia selama Agustus-November tahun lalu, kata Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada Selasa (17/1/2023).

Dalam pidatonya di forum tersebut, von der Leyen mengatakan langkah Eropa terhadap perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina adalah contoh terbaru tentang bagaimana EU "bersatu pada saat yang paling penting".

"Tidak akan ada impunitas atas kejahatan Rusia ini. Kami akan terlibat selama yang diperlukan dan mendukung rekan-rekan kami di Ukraina," kata dia.

Dia mengatakan bahwa, setahun yang lalu, Eropa memiliki ketergantungan besar pada bahan bakar fosil Rusia. Ketergantungan yang telah terbangun selama beberapa dekade membuat EU rentan terhadap tekanan pasokan dan kenaikan harga energi dari Rusia. Namun, menurut vonder Leyen, Eropa sudah dapat mengatasi ketergantungan itu, yang disebutnya berbahaya.

"Kami telah mengganti 80 persen gas pipa Rusia. Secara paralel, kami telah mengisi penyimpanan kami. Tentu saja, kami telah mengurangi lebih dari 20 persen permintaan kami selama periode Agustus hingga November (2022) ," katanya.

Dia juga mengatakan berkat upaya kolektif, EU bisa menurunkan harga gas lebih cepat dari perkiraan siapa pun.

"Dari puncaknya pada Agustus, saat itu 350 euro per megawatt jam, sekarang turun 80 persen pada bulan ini, di bawah level sebelum perang Ukraina," tutur dia.

Energi Bersih

Tentang upaya EU untuk mengembangkan energi bersih, von der Leyen mengatakan "Undang-Undang Industri Nol Bersih" akan mengidentifikasi tujuan yang jelas untuk teknologi bersih Eropa pada tahun 2030, yang akan sejalan dengan "Undang-Undang Bahan Baku Penting".

EU, katanya ingin mencapai tingkat nol bersih dalam kurang dari tiga dekade.

"Kami harus mencapai nol bersih, tetapi jalan menuju nol bersih berarti mengembangkan dan menggunakan berbagai teknologi bersih baru di seluruh ekonomi kita--dalam transportasi, bangunan, manufaktur, dan energi?" kata dia.

Dia menjelaskan bahwa teknologi bersih sekarang menjadi sektor investasi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa, yang nilainya tumbuh hingga dua kali lipat antara tahun 2020 dan 2021.

EU bersama dengan Amerika Serikat mengajukan hampir satu triliun euro (sekitar Rp16.390 triliun) untuk mempercepat ekonomi berbasis energi bersih.

"Ini memiliki potensi untuk secara besar-besaran mendorong jalan menuju netralitas iklim," kata von der Leyen.

Tetapi, ujarnya, bukan rahasia lagi bahwa elemen-elemen tertentu dari desain Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS menimbulkan sejumlah kekhawatiran terkait beberapa insentif yang ditargetkan pada perusahaan.

"Inilah mengapa kami telah bekerja dengan AS untuk mencari solusi, sehingga Anda --para perusahaan-- dan mobil listrik buatan EU juga dapat memperoleh manfaat dari tindakan tersebut." tutur dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement