REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan orang yang meminta kepada Allah SWT dan meminta kepada selain Allah SWT. Syekh Athaillah memberikan perspektif lain dalam memaknai doa kepada Allah SWT dan meminta kepada selain-Nya.
"Kamu meminta kepada Allah SWT, berarti kamu menuduh-Nya. Kamu meminta kepada-Nya, berarti kamu mengghibah-Nya. Kamu meminta kepada selain-Nya, itu karena sedikitnya rasa malu kamu. Kamu meminta kepada selain-Nya, itu karena jauhnya diri kamu dari diri-Nya." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
Ketika kamu berdoa kepada Allah SWT dan memohon sesuatu, kemudian kamu berprasangka bahwa kamu tidak akan mendapatkannya, kecuali berdoa, berarti kamu menuduh-Nya dengan dusta. Walaupun kamu tidak meminta sesuatu kepada-Nya, namun jika itu adalah bagian kamu, maka Allah SWT akan memberikannya.
Doa yang kamu panjatkan adalah bukti kefakiran dan kebutuhan kamu kepada-Nya. Selain itu, doa merupakan bukti kesempurnaan ubudiyah kamu kepada-Nya. Sebagai seorang hamba, kamu harus yakin bahwa Allah SWT pasti menunaikan janji-Nya.
Doa adalah otak ibadah dan senjata orang mukmin. Sesuatu yang telah ditakdirkan menjadi bagian kamu, maka Dia akan memberikannya sesuai porsi dan waktunya.
Allah SWT lebih dekat kepada hamba-Nya dari urat leher. Dia selalu bersama kamu di mana pun kamu berada. Jika kamu berada di masjid, maka Dia ada bersama kamu. Jika kamu berada di kantor, maka Dia akan bersama kamu. Jika kamu di sawah, maka Dia ada bersama kamu.
Bukalah mata batin kamu, maka kamu akan mendapati-Nya. Untuk apa kamu mencari-Nya? Sebab, Dia berada dalam setiap langkah kamu. Jika kamu tidak mampu melihat-Nya, berarti mata batin kamu tertutup dan terhijab oleh diri kamu sendiri, yaitu amal perbuatan kamu yang tidak diridhai-Nya, sehingga mata batin kamu semakin buta dan berkarat, serta tidak ada cahayanya.
Jika kamu meminta kepada selain-Nya, padahal Dia selalu ada di dekat kamu dan bersama kamu, maka itu karena kamu sama sekali tidak memiliki rasa malu kepada-Nya.
Bagaimana kamu meminta kepada sesuatu yang tidak berhak dijadikan sekutu-Nya? Bagaimana kamu meninggalkan Dzat Penguasa dan Pencipta, kemudian berpaling menuju sesuatu yang dikuasai dan dicipta?
Jika kamu meminta kepada selain-Nya yang tidak
diizinkan-Nya, maka itu adalah tanda kejauhan kamu dari-Nya.
Sudahlah, kembalikanlah segala urusan kamu kepada-Nya, dan bertawakkallah kepada-Nya. Semua takdir berada di tangan-Nya. Jangan meminta kepada selain-Nya, karena itu adalah kesia-siaan yang tidak akan menghasilkan apapun, kecuali dosa dan kesyirikan.
Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.