Senin 23 Jan 2023 17:00 WIB

Pakar Duga 80 Persen Populasi China Terinfeksi Covid-19

Ilmuwan China menduga 80 persen populasi di negara tersebut sudah terinfeksi Covid-19

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Ratusan juta orang China bepergian ke seluruh negeri untuk merayakan mudik Imlek yang sempat ditangguhkan di bawah pembatasan Covid selama tiga tahun. Pelonggaran pembatasan meningkatkan kekhawatiran akan wabah baru di daerah pedesaan yang kurang siap untuk menangani wabah besar.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Ratusan juta orang China bepergian ke seluruh negeri untuk merayakan mudik Imlek yang sempat ditangguhkan di bawah pembatasan Covid selama tiga tahun. Pelonggaran pembatasan meningkatkan kekhawatiran akan wabah baru di daerah pedesaan yang kurang siap untuk menangani wabah besar.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Ilmuwan pemerintah China menduga bahwa 80 persen populasi di negara tersebut sudah terinfeksi Covid-19. Oleh karenanya, kecil kemungkinan wabah di negara tersebut dapat melambung selama dua atau tiga bulan ke depan.

Menurutnya, pergerakan massal penduduk selama periode liburan Tahun Baru Imlek berpotensi menyebarkan pandemi. Ini pun memicu peningkatan infeksi di beberapa daerah.

"Namun gelombang Covid-19 kedua tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat," ujar kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Wu Zunyou, pada Sabtu (21/1/2023).

Ratusan juta orang China bepergian ke seluruh negeri untuk merayakan mudik Imlek yang sempat ditangguhkan di bawah pembatasan Covid selama tiga tahun. Pelonggaran pembatasan meningkatkan kekhawatiran akan wabah baru di daerah pedesaan yang kurang siap untuk menangani wabah besar.

Komisi Kesehatan Nasional mencatat, China telah melewati puncak krisis. Data pemerintah juga menunjukkan hampir 60 ribu orang dengan Covid-19 telah meninggal di rumah sakit pada 12 Januari, kira-kira sebulan setelah China membatalkan kebijakan nol-Covid-nya.

Kendati demikian, beberapa ahli mengatakan bahwa angka itu mungkin jauh dari perhitungan dampak penuh. Sebab itu tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah, dan karena banyak dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk menyebut Covid-19 sebagai penyebab kematian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement