Jumat 27 Jan 2023 19:20 WIB

Uni Eropa Ingin Afrika Selatan Bujuk Rusia Akhiri Perang di Ukraina

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkunjung ke Afrika Selatan awal pekan ini.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Asap mengepul saat pegawai darurat Donetsk bekerja di lokasi pusat perbelanjaan yang hancur menyusul apa yang dikatakan pejabat Rusia di Donetsk bahwa itu adalah penembakan oleh pasukan Ukraina, di Donetsk, di wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia, Ukraina timur, Senin, 16 Januari 2023 .
Foto: AP/Alexei Alexandrov
Asap mengepul saat pegawai darurat Donetsk bekerja di lokasi pusat perbelanjaan yang hancur menyusul apa yang dikatakan pejabat Rusia di Donetsk bahwa itu adalah penembakan oleh pasukan Ukraina, di Donetsk, di wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia, Ukraina timur, Senin, 16 Januari 2023 .

REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa  Josep Borrell mengatakan, ia berharap Afrika Selatan menggunakan hubungan baiknya dengan Rusia untuk menyakinkan Moskow mengakhiri perang di Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkunjung ke Afrika Selatan awal pekan ini.

"Uni Eropa tidak meminta Afrika Selatan berpihak, hanya meminta negara-negara di seluruh dunia untuk menegakan Piagam PBB," kata Borrell, di samping Menteri Luar Negeri Naledi Pandor di Ibukota Pretoria, Jumat (27/1/2023).

Baca Juga

Ia menambahkan Uni Eropa menganggap Afrika Selatan sebagai mitra penting dalam menjaga ketertiban berdasarkan peraturan internasional. "Tidak hanya Afrika Selatan dan negara Afrika lainnya yang harus mengambil peran mencari perdamaian," kata Pandor.

Pada Senin (23/1/2023) lalu, Lavrov berkunjung ke Afrika Selatan untuk berbicara dengan salah satu sekutu terpenting Moskow di benua hitam. Negara-negara Afrika terpecah mengenai invasi Ukraina dan upaya Barat mengisolasi Rusia.

Lavrov bertemu Pandor satu hari setelah berkunjung ke beberapa partai oposisi pemerintah. Komunitas Ukraina di negara itu mengecam pertemuan itu sebagai tindakan yang tidak sensitif.

Lavrov dan Pandor menyiapkan pidato untuk disampaikan ke media sebelum menggelar pembicaraan. Dua menteri luar negeri itu diperkirakan akan menyampaikan konferensi pers bersama.

Pemerintah Presiden Cyril Ramaphosa menyatakan, Afrika Selatan negara netral dalam konflik di Ukraina. "Sebagai Afrika Selatan kami konsisten mengungkapkan kami selalu siap mendukung resolusi damai dalam konflik di benua (Afrika) dan di seluruh dunia," kata Pandor dalam pernyataannya di sebelah Lavrov.

Perdagangan antara Afrika Selatan dengan Rusia tidak besar tapi pandangan globalnya lebih dekat ke China dan Rusia. Sebagai upaya untuk menahan hegemoni Amerika Serikat (AS) untuk mendukung dunia yang "multipolar" agar kekuatan geopolitik lebih menyebar.

Pandor berulang kali menegaskan Afrika Selatan tidak akan terseret ke salah satu pihak. Ia juga mengkritik Barat yang menghukum keras Rusia tapi abai terhadap isu serupa seperti pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Afrika Selatan memproklamasikan ketidakberpihakan dalam konflik Ukraina dan abstain dalam pemungutan suara resolusi PBB demi menjaga hubungan dengan Rusia, mitra lama pemerintah Kongres Nasional Afrika. Saat gerakan pembebasan dari kekuasaan minoritas kulit putih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement