Senin 30 Jan 2023 16:39 WIB

PLN NTB Hasilkan 4.205 MWh Listrik Bersih Dari Biomassa

PLN NTB memanfaatkan 5.923 ton biomassa sepanjang 2022.

Red: Fuji Pratiwi
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Jumat (27/8/2021). PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat mampu memproduksi energi bersih sebesar 4.205 Mega Watt hours (MWh) dengan memanfaatkan 5.923 ton biomassa pada 2022.
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Jumat (27/8/2021). PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat mampu memproduksi energi bersih sebesar 4.205 Mega Watt hours (MWh) dengan memanfaatkan 5.923 ton biomassa pada 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat mampu memproduksi energi bersih sebesar 4.205 Mega Watt hours (MWh) dengan memanfaatkan 5.923 ton biomassa pada 2022.

"Angka tersebut naik signifikan dibandingkan co-firing pada 2021 sebanyak 2.139 ton biomassa yang menghasilkan energi listrik sebesar 1.596 MWh," kata General Manager PLN NTB Sudjarwo, di Mataram, NTB, Senin (30/1/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, PLN terus menggencarkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar substitusi, baik sebagian ataupun seluruhnya, terhadap batu bara yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Teknologi yang disebut co-firing tersebut dilakukan untuk bisa menekan emisi karbon sekaligus turut menyukseskan pencanangan net zero emission 2050 di Tanah Air.

Sudjarwo menyebutkan, sepanjang 2022 ini, PLN mengimplementasikan co-firing di dua PLTU, yaitu PLTU Jeranjang yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat, dan PLTU Sumbawa Barat di Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun jenis co-firing yang digunakan adalah sampah yang telah diolah menjadi solid recovered fuel, sekam padi, serbuk kayu, tongkol jagung, dan serpihan atau potongan kayu (woodchip).

"Implementasi co-firing akan memberikan dampak terhadap penurunan emisi karbon. Ini merupakan bagian dari ekosistem listrik kerakyatan yang melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat," ujarnya.

Tak hanya sekedar memanfaatkan biomassa saja, menurut Sudjarwo, untuk menjamin keberlangsungan pasokan, PLN telah membangun rantai pasok biomassa. Mulai tahap perencanaan, pembangunan, pengelolaan biomassa sampai komersialisasi di PLTU PLN.

Biomassa yang saat ini dipergunakan ada lima jenis, yaitu serbuk gergaji, serpihan kayu, limbah pertanian, tongkol jagung, dan sekam padi. PLN NTB menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah untuk pemanfaatan sampah untuk pemanfaatan tanaman energi atau serbuk kayu.

"Kami juga bekerja sama dengan masyarakat dan berbagai pihak lainnya untuk pemanfaatan jenis biomassa seperti serbuk gergaji, sekam padi, tongkol jagung, dan cangkang sawit," ucapnya.

Sudjarwo mengatakan, dalam menuju transisi energi bersih, PLN tidak berjalan sendiri, tapi berkolaborasi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga program itu memberikan dampak yang luar bisa bagi PLN, lingkungan dan masyarakat. Program ekonomi kerakyatan co-firing tersebut juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global.

"PLN ingin berkontribusi mewujudkan Indonesia yang bersih dan mandiri energi serta meningkatkan kapasitas nasional dengan prinsip environmental, social and governance," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement