REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) meminta semua perempuan untuk tetap divaksinasi HPV meskipun sudah aktif berhubungan seksual. "Walaupun kita sudah aktif melakukan hubungan seksual, tetap yang penting harus divaksinasi," kata Ketua Umum POGI Yudi M. Hidayat dalam Konferensi Pers Bulan Kesadaran Kanker Serviks di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Yudi mengatakan, pemberian vaksin HPV untuk mencegah penyakit yang berkaitan dengan infeksi human papilloma virus (HPV) sangat berguna untuk membangun anti bodi yang bisa memproteksi perempuan maupun laki-laki. Misalnya, kanker serviks, kanker rektum dan kutil kelamin. Oleh karenanya, vaksin HPV tetap penting diberikan meski seseorang sudah berhubungan seksual.
Efektivitas yang terkandung dalam vaksin HPV pun, menurut Yudi, tidak berhubungan dengan sudah atau tidaknya seseorang berhubungan seksual. Efektivitas lebih tertuju pada tuanya usia manusia.
Ketika sebuah antigen atau partikel asing berupa kuman masuk ke dalam tubuh, dengan vaksin HPV tubuh akan membangun anti bodi. Hanya semakin tua usia seseorang anti bodinya tidak sebaik orang yang berusia lebih muda.
Kemudian terkait dengan pemberian dosis vaksin HPV, Yudi menerangkan dosis yang diberikan kurang lebih sama baik pada orang yang sudah berhubungan seksual atau yang belum yakni sebanyak tiga dosis. Jika dosis lanjutan diberikan tidak tepat waktu, Yudi menyarankan untuk tetap dilanjutkan agar proteksi menjadi optimal.
Namun, untuk usia di bawah 13 tahun cukup diberikan sebanyak dosis saja dan bisa didapatkan ketika mengikuti program imunisasi dasar. Sedangkan bagi usia di atas 13 tahun, harus menerima tiga dosis dengan jarak waktu pemberian disesuaikan dengan standar yang ditetapkan.
"Jaraknya 0-1-6. Sekarang vaksin, satu bulan kemudian vaksin, enam bulan setelahnya vaksin," ujar dia.
Yudi turut mengingatkan bagi setiap pihak yang sudah aktif berhubungan seksual, pemberian vaksin HPV harus diimbangi dengan pemeriksaan mulut rahim yang bisa dilakukan di puskesmas dengan menggunakan pap smear.
"Di puskesmas sudah bisa di bidan, perawat, dokter umum bisa kalau ketahuan (ada kanker serviksnya) baru diobati tapi kalau sudah (masuk ke tahapan) stadium susah (untuk kita tangani)," kata Yudi.