Rabu 01 Feb 2023 06:11 WIB

Tak Mau Terjebak Jadi Negara Berpendapatan Menengah, Jokowi Dorong Hilirisasi

Presiden Jokowi kembali menekankan pentingnya hilirisasi industri.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ahmad Fikri Noor
Foto udara aktivitas pemurnian nikel di areal pabrik smelter milik PT Antam di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (17/12/2022). Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menekankan pentingnya hilirisasi industri mulai dilakukan di Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara aktivitas pemurnian nikel di areal pabrik smelter milik PT Antam di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (17/12/2022). Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menekankan pentingnya hilirisasi industri mulai dilakukan di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menekankan pentingnya hilirisasi industri mulai dilakukan di Indonesia. Saat menghadiri perayaan HUT ke-8 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta, Selasa (31/1/2023) malam, Jokowi mengaku tak ingin Indonesia menjadi negara-negara di Amerika Latin yang terus menerus terjebak dalam negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Ia menceritakan, sekitar 1950-1960, negara-negara Amerika Latin sudah menjadi negara berkembang. Namun, hingga saat ini, negara-negara tersebut masih menjadi negara berkembang dan belum mengalami kemajuan.

Baca Juga

“Saya pelajari ini, ada apa ini, kenapa seperti ini, kenapa semua negara di sana menjadi seperti itu. Itu yang namanya terjebak dalam negara berpendapatan menengah. Middle income trap. Karena apa, mereka tidak menawarkan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh negara lain. Ini yang harus dilakukan negara kita,” ungkap Jokowi.

Jokowi kemudian memberikan contoh lompatan kemajuan yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Taiwan. Korea Selatan, kata dia, bisa melakukan lompatan karena menciptakan komponen-komponen digital yang dibutuhkan negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat.