REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pabrikan otomotif Amerika Serikat, Ford, mengungkapkan alasannya kembali ke ajang balap Formula 1 bersama Red Bull Racing. Seperti diketahui, selama kurang lebih 20 tahun Ford absen dari kompetisi.
"Kemitraan di bidang teknik ini sesuai dengan arah perusahaan kami yang ingin menuju keberlanjutan, dan membantu tim Red Bull untuk melaju kencang di lintasan," kata CEO Ford Jim Farley dalam acara peluncuran oleh Red Bull Racing secara virtual, Jumat (3/2/2023).
Lebih lanjut, Farley mengatakan, keputusan untuk kembali ke Formula 1 merupakan langkah yang besar dari perusahaan setelah dua dekade lamanya tak merasakan hingar-bingar di trek pacu. Namun, di sisi lain, ia juga mengungkapkan pihaknya tidak sabar untuk saling berbagi pengetahuan dengan Red Bull Racing di bidang teknologi kendaraan listrik terutama di sektor balap.
"Ini merupakan peluang kami untuk saling belajar dari satu sama lain, dan mendorong (popularitas) kendaraan listrik di AS maupun global," katanya menambahkan.
Adapun Ford telah memiliki target untuk mencapai Net Zero Carbon di 2030 dan mengenalkan bahan bakar berkelanjutan di mobil-mobil F1 pada 2026. Hal ini juga senada dengan aturan baru F1 tiga tahun mendatang melalui Power Unit Regulations.
Aturan baru tersebut meminta pabrikan untuk beralih menggunakan kendaraan dengan tenaga listrik dan bahan bakar ramah lingkungan atau berkelanjutan di kompetisi. Sependapat, Team Principal Red Bull Racing Christian Horner menilai kemitraan antara kedua pihak merupakan hal yang natural.
"Ini sangat menarik, dan dengan pengalaman, pengetahuan, serta sumber daya dan talenta dari Ford, ini jelas merupakan sinergi yang natural bagi kami. Kami di Red Bull sangat menantikan babak baru ini dengan dukungan Ford," kata Horner.
Sementara itu, pengumuman Ford mengikuti rencana Audi untuk memasuki Formula 1 mulai 2026, dengan pabrikan Jerman itu pekan ini mengakuisisi saham minoritas di Sauber yang akan menjadi tim kerja mereka.