Sabtu 04 Feb 2023 15:03 WIB

Sanksi Baru Uni Eropa akan Lumpuhkan Mesin Perang Rusia

Uni Eropa mempersiapkan paket sanksi itu untuk menandai satu tahun invasi Rusia

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan sanksi ke-10 blok Barat itu akan memukul
Foto: AP Photo/Jean-Francois Badias
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan sanksi ke-10 blok Barat itu akan memukul "perdagangan dan teknologi yang menjadi mesin perang Rusia."

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan sanksi ke-10 blok Barat itu akan memukul "perdagangan dan teknologi yang menjadi mesin perang Rusia." Hal ini ia sampaikan dalam kunjungannya ke Kiev bersama pemimpin Uni Eropa yang lain.

Uni Eropa mempersiapkan paket sanksi itu untuk menandai satu tahun invasi Rusia ke negara tetangganya. Paket itu diatur untuk memenuhi permintaan Ukraina dan ambisi Kiev untuk bergabung dengan Uni Eropa tidak membutuhkan waktu yang disyaratkan.

Baca Juga

Ukraina mengajukan diri untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa setelah invasi Rusia tahun lalu. Uni Eropa mendukung pengajuan tersebut tapi menolak permintaan Ukraina untuk mendapatkan keanggotan melalui jalur cepat saat negara itu dilanda perang.

Pemerintah Uni Eropa menetapkan beberapa syarat keanggotaan mulai dari stabilitas politik dan ekonomi sampai mengadopsi berbagai undang-undang Uni Eropa. Prosesnya membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Uni Eropa meminta Kiev untuk mengatasi masalah korupsi di negara itu. Selama dua pekan terakhir Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan pemecatan dan penyelidikan sejumlah pejabat yang diduga menerima suap atau melakukan korupsi.

Dalam konferensi pers bersama Zelenskyy, Von der Leyen ditanya tentang pendaftaran Kiev di Uni Eropa. "Tidak ada kerangka waktu yang ketat, tapi terdapat tujuan-tujuan yang harus anda capai," jawabnya, Jumat (3/2/2023).

Negara-negara Uni Eropa sepakat dengan proposal Komisi Eropa mengenai batas harga produk minyak Rusia yang mulai berlaku Ahad (5/2/2023). Sebagai upaya untuk membatasi kemampuan Rusia mendanai perangnya di Ukraina.

Proposal itu membatas harga produk minyak premium seperti diesel 100 dolar AS per barel dan membatasi produk diskon seperti bensin 45 dolar AS per barel. Batasan harga serupa pada minyak mentah sudah berlaku sejak Desember tahun lalu.

Kremlin mengatakan rencana itu akan merusak keseimbangan pasar energi dunia. Tapi Moskow bertindak untuk memitigasi dampaknya. Rusia akan melipatgandakan penjualan mata uang asing hariannya menjadi 8,9 miliar rubel per hari sepanjang bulan depan untuk mengkompensasi penurunan pendapatan dari minyak dan gas.

Kementerian Keuangan AS mengatakan dampak dari sanksi-sanksi Barat mengakibatkan cadangan anggaran bulanan Rusia dari minyak dan gas pada bulan Januari jatuh ke titik terendahnya sejak Agustus 2020.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement