Kamis 09 Feb 2023 12:41 WIB

PGE: PLTP Jadi Kunci Pencapaian Target EBT 23 Persen di 2025

PLTP jadi salah satu yang mendominasi sistem tenaga listrik hingga 2030 mendatang

Fasilitas produksi panas bumi milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) menjadi garda terdepan untuk merealisasikan komitmen target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025 dan 24,2 persen pada 2030.
Foto: Dok PGE
Fasilitas produksi panas bumi milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) menjadi garda terdepan untuk merealisasikan komitmen target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025 dan 24,2 persen pada 2030.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) menjadi garda terdepan untuk merealisasikan komitmen target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025 dan 24,2 persen pada 2030.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 mencatat bahwa pembangkit listrik panas bumi, yang dapat menghasilkan energi dalam jumlah besar dan ramah lingkungan, menjadi kunci pencapaian target EBT 23 persen pada 2025 dan 24,2 persen pada 2030. Pada 2021, bauran energi EBT baru sebesar 11,5 persen. 

Berdasarkan RUPTL 2021-2030, PLN memproyeksikan akan ada tambahan pembangkit EBT yang terakumulasi sebesar 10,6 GW hingga 2025 dan 18,8 GW hingga 2029. Peningkatan bauran energi EBT pun merupakan bagian dari komitmen menuju net zero emission pada 2060.

Sebagai bentuk komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menuju net zero emission pada 2060, pembangkit listrik tenaga panas bumi menjadi salah satu yang mendominasi sistem tenaga listrik hingga 2030 mendatang.

Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan panas bumi sebagai salah satu komponen utama bauran energi menjadi pilihan karena karakteristiknya yang ramah terhadap lingkungan, tidak hanya dalam aspek produksi tetapi juga aspek penggunaan, sehingga berperan positif dalam transisi energi di Tanah Air.

Pada saat menjalankan proses pengembangan dan pembuatan, tenaga panas bumi sepenuhnya juga hampir bebas dari emisi. Tidak ada karbon yang digunakan produksi, kemudian seluruh prosedur juga telah bebas dari sulfur yang umumnya telah dibuang dari proses lainnya yang dilakukan.

“Itu keuntungan menggunakan energi panas bumi jika dibandingkan dengan energi konvensional. Jika dibandingkan dengan sesama energi baru terbarukan, panas bumi tidak memiliki dampak terhadap ekologi maupun limbah radioaktif, teknologi yang sudah lebih mature, dan stabil seiring dengan tingginya potensi yang dimiliki Indonesia,” ujar Ahmad dalam keterangan tulis, Kamis (9/2/2023).

Indonesia memiliki potensi besar cadangan energi baru terbarukan, salah satunya yaitu panas bumi. RUPTL 2021-2030, mencatat potensi panas bumi di Indonesia sebanyak 29.544 MW.

Meskipun potensi panas bumi tersebut masih kalah ketimbang surya dengan potensi 207.898 MW, hydro (75.091 MW), angin (60.647 MW), dan Bioenergi (32.654 MW), namun panas bumi yang dimiliki Indonesia mencakup 40 persen dari energi panas bumi di dunia dan berpotensi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil energi panas bumi terbesar dunia.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah gunung api terbanyak, potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia memang menjadi yang terbesar di dunia.

Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang panas bumi dunia pada 2021 mencapai 15.854 mega watt (MW), dengan Amerika Serikat sebagai negara dengan kapasitas terpasang terbesar 3.722 MW, disusul Indonesia (2.276 MW), dan Filipina (1.918 MW). Adapun, hingga 2022, kapasitas terpasang energi panas bumi di Indonesia sebanyak 2.347,63 MW (proyeksi Kementerian ESDM).

Dari total kapasitas terpasang energi panas bumi sebanyak 2.347,63 MW tersebut, PGE mengelola 13 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, sebanyak 672 MW dikelola langsung dan 1.205 MW melalui operasi bersama (join operation contract).

Direktur Eksplorasi dan pengembangan Pertamina Geothermal Energy Rachmat Hidayat menambahkan dengan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.877 MW, PGE dapat menyalurkan listrik sekitar 2.085.000 rumah tangga atau setara 88.752 BOEPD bahan bakar fosil.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 menargetkan pada 2025 akan ada tambahan kapasitas terpasang energi panas bumi sebanyak 870 MW, dari proyeksi 2024 hanya sebanyak 141 MW. Sepanjang 2021-2030, ditargetkan ada tambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 3.355 MW.

Direktur Panas Bumi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya menegaskan pemerintah tengah mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia.

“Pada 2030, pemerintah menargetkan pembangunan PLTP dengan kapasitas sebesar 3.355 MW untuk memenuhi target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Itu sudah tercantum dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2021-2030,” ucapnya.

Harris mengungkapkan pemanfaatan EBT di Indonesia baru sekitar 0,3 persen dari total potensi. Maka itu, pemerintah meluncurkan sejumlah program untuk mendorong EBT, di antaranya insentif pajak seperti pada panas bumi maupun kepastian harga pada EBT.

Ketua Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi menegaskan panas bumi menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang sangat potensial di Tanah Air, di mana pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) diharapkan memberi kontribusi besar dalam upaya mencapai target bauran EBT 23 persen.

 "Untuk mencapai target bauran 23 persen pada 2025, pasokan listrik dari energi panas bumi harus mencapai 7.200 MW. Ini tentu sebuah peluang investasi yang besar,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement