Ahad 12 Feb 2023 17:48 WIB

Semarang Optimalkan Gerakan Cegah Anak Terserang Diabetes

Semarang berkomitmen menghindari anak dari serangan diabetes.

Red: Erdy Nasrul
Petugas kesehatan memeriksa gula darah warga saat peringatan Hari Diabetes Sedunia di Plaza Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Ahad (13/11/2022). Selain memberikan layanan kesehatan dan pemeriksaan diabetes gratis, Hari Diabetes Sedunia tersebut juga diperingati dengan memberikan edukasi tentang bahaya penyakit diabetes kepada warga. Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan memeriksa gula darah warga saat peringatan Hari Diabetes Sedunia di Plaza Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Ahad (13/11/2022). Selain memberikan layanan kesehatan dan pemeriksaan diabetes gratis, Hari Diabetes Sedunia tersebut juga diperingati dengan memberikan edukasi tentang bahaya penyakit diabetes kepada warga. Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Kesehatan Kota Semarang mengoptimalkan peran pos pembinaan terpadu (Posbindu) sebagai salah satu langkah untuk mencegah penyakit diabetes melitus (DM) pada anak.

Kepala Dinkes Kota Semarang dr Abdul Hakam, di Semarang, Jateng, Sabtu, menyebutkan Posbindu merupakan langkah advokasi dalam penanggulangan penyakit DM pada anak yang kian marak.

Baca Juga

"Kalau balita di kampung itu posyandu (pos pelayanan terpadu), kalau remaja namanya Posbindu atau posrem (pos remaja). Posbindu ini menyasar remaja usia 15-18 tahun," katanya.

Menurut dia, Posbindu digelar setiap bulan untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, dan edukasi kepada orang tua dan remaja agar menjalankan pola hidup yang seimbang.

"Begini, biasanya pola makan yang tidak sehat dan aktiivitas fisik yang tidak dilakukan setiap hari, jadi obesitas. Obesitas dulu biasanya (sebelum terkena DM, red.)," katanya.

Hakam tidak lantas menganjurkan untuk mengurangi porsi makan, melainkan memiliki makanan yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan kalori setiap harinya.

"Kebutuhan kalori itu kan berbeda setiap orang. Tergantung berat badan dan aktivitas fisik yang dilakukan," jelasnya.

Selain posbindu, Dinkes Kota Semarang juga menggelar "screening" di sekolah untuk mendeteksi secara dini kasus DM sehingga bisa dilakukan pencegahan.

"'Kami 'screening' di sekolah-sekolah. Makanan cepat saji kan banyak jumlahnya, kami berikan edukasi pencegahan PTM (penyakit tidak menular), termasuk DM. Ada juga dokter kecil yang mengedukasi sesama siswa agar bisa saling mengedukasi," katanya.

Ada juga program Gerakan Deteksi Dini Pemeriksaan Gula Darah Gratis Warga Kota Semarang (Gendhis Larang) dengan menyasar remaja untuk mendeteksi penyakit DM.

"Di sekolah kan ada kegiatan dokter cilik. Kami buat kader remaja untuk bisa memberikan edukasi teman sebaya. Kami ambil beberapa, seperti ketua kelas, atau adik-adiknya yang pengen jadi 'challenge' merubah 'mindset' teman-temannya agar hidup sehat," katanya.

Berdasarkan data Dinkes, temuan DM, baik tingkat 1 maupun 2 pada anak di Kota Semarang tahun 2022 tercatat sebanyak 377 kasus atau meningkat dibandingkan temuan pada 2021 sebanyak 269 kasus. Ada yang sudah tergantung insulin, dan ada yang tidak tergantung insulin.

Secara rinci, temuan DM pada anak tahun 2021 terdiri atas 27 kasus DM tergantung insulin dan 242 kasus DM yang tidak tergantung dengan insulin.

Pada 2022, DM yang tergantung insulin sebanyak 33 kasus, sedangkan yang tidak tergantung insulin sebanyak 344 kasus.

photo
Polifagia, gejala awal diabetes. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement