Rabu 15 Feb 2023 12:39 WIB

Taruna Poltek Pelayaran Tewas, Integrasi Perguruan Tinggi Kedinasan Dinilai Mendesak

Meninggalnya taruna Poltek Pelayaran Surabaya harus menjadi evaluasi menyeluruh.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai, perguruan tinggi kedinasan perlu diintegrasikan di bawah Kemendikbudristek.
Foto: Istimewa
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai, perguruan tinggi kedinasan perlu diintegrasikan di bawah Kemendikbudristek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meninggalnya taruna Politeknik (Poltek) Pelayaran Surabaya, Muhammad Rio Ferdinan Anwar, harus menjadi evaluasi menyeluruh bagi para pemangku kepentingan terkait. Ketua Komisi X Syaiful Huda menilai, peristiwa ini menununjukkan urgensi untuk mengintegrasikan perguruan tinggi kedinasan agar dikelola Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Kasus tewasnya taruna Rio yang diduga dianiaya seniornya menjadi bukti kesekiankalinya jika ada model pendidikan maupun tradisi kekerasan di sekolah-sekolah kedinasan yang dikelola kementerian/lembaga (K/L) di luar Kemendikbudristek. Maka sudah waktunya rencana integrasi sekolah kedinasan di bawah Kemendikbudristek direalisasikan," ujar Huda dalam keterangannya, Rabu (15/2/2023). 

Muhammad Rio Ferdinand diketahui tewas dengan luka lebam di badannya pada Senin (6/2/2023), di kamar mandi Politeknik Pelayaran Surabaya. Mahasiswa semester I tersebut diduga menjadi korban kekerasan seniornya. Muhammad Yani, ayah Rio yang melihat kejanggalan pada kematian anaknya kemudian melapor ke Polsek Gununganyar. Dari hasil penyelidikan, polisi menetapkan AF, senior korban sebagai tersangka penganiayaan.

Huda mendesak agar rencana pengintegrasian semua lembaga pendidikan di bawah pengelolaan Kemendikbudristek segera direalisasikan. Dengan demikian, kata dia, kurikulum kekerasan yang biasanya dikembangkan atas nama korsa maupun kekhususan bidang pendidikan bisa perlahan-lahan dihilangkan. 

"Terkadang entitas pendidikan kedinasan melegalkan pendekatan kekerasan fisik untuk membentuk jiwa korsa. Mereka juga beralasan pendekatan fisik juga untuk membentuk sikap disiplin dan penguatan mental. Padahal pendekatan seperti itu sudah ketinggalan jaman," ujar Huda.

Huda menegaskan, budaya kekerasan fisik sudah tidak layak dikembangkan di lingkungan pendidikan di Indonesia. Apalagi di jenjang pendidikan tinggi seperti Politeknik Pelayaran Surabaya. 

"Harusnya peserta didik di jenjang pendidikan tinggi pendekatannya sudah pendekatan nalar, tidak lagi pendekatan fisik, apalagi sampai memicu korban meninggal dunia," ujar dia.

Di sisi lain, politikus PKB itu menambahkan, tewasnya Rio harus diusut tuntas. Baik dari sisi hukum maupun pengelolaan kependidikan di Politeknik Pelayaran Surabaya. Jika perlu harus ada tim khusus dari Kementerian Perhubungan sebagai induk dari Politeknik Pelayaran Surabaya.

"Politeknik Pelayaran Surabaya merupakan entitas pendidikan di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan. Maka sudah sewajarnya jika Kemenhub harus membentuk tim investigasi kenapa budaya kekerasan masih menjadi tradisi di lingkungan pendidikan yang dikelolanya," ujar Huda.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement