Sabtu 18 Feb 2023 18:59 WIB

Zulhas Girang Gus Yahya Bolehkan Warga NU Coblos PAN

Ketua Umum PBNU Gus Yahya mengeluarkan fatwa warga NU tidak haram coblos PAN.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan memberikan sambutan dalam acara Simposium Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Sheraton, Kota Surabaya, Sabtu (18/2/2023).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan memberikan sambutan dalam acara Simposium Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Sheraton, Kota Surabaya, Sabtu (18/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar simposium dalam merayakan peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Sheraton, Kota Surabaya, Jawa Sabtu (18/2/2023). Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan (Zulhas) berharap, acara yang digelar tersebut bisa menghadirkan manfaat bagi masyarakat.

Zulhas pun senang lantaran Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya yang hadir dalam acara tersebut menyatakan, warga NU tidak haram mencoblos PAN. Padahal, selama ini PAN identik dan merupakan partai berbasis warga Muhammadiyah.

"Mudah-mudahan acara ini membawa manfaat, bahwa PAN dapat untung ya itu alhamdulillah. Yang paling penting sudah ada fatwa tadi dari Ketua Umum PBNU bahwa pilih PAN tidak haram (bagi warga NU)," kata Zulhas di Kota Surabaya, Sabtu.

Zulhas menjelaskan, acara tersebut digelar agar warga Muhammadiyah dan NU bisa duduk bareng merumuskan masa depan bangsa ke depan. Menurut dia, Harmonisasi kedua ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut sangat penting. Apalagi Indonesia menargetkan bisa menjadi negara maju pada 2045.

"Kita sudah 24 tahun demokrasi. Kita mau ke mana? Apa mau terus ribut soal cebong kampret? Qunut gak qunut? Saya kira gak produktif. Padahal 2045 kita mau jadi negara maju," ujar menteri perdagangan tersebut.

Zulhas menjelaskan, Muhammadiyah dan NU merupakan bapak kandungnya republik. Kemerdekaan yang diraih Indonesia merupakan buah karya para alim ulama dan kiai yang bertaruh dalam persiapan maupun setelah merebut kemerdekaan.

"Karyanya itu yang yang kita capai hari ini. Oleh karena itu kalau kita lupa atau lalai terhadap NU dan Muhammadiyah, maka kualat. Setelah kita merdeka, terkenal Mbah Hasyim dengan Resolusi Jihad. Kemudian ada Panglima Soedirman yang merupakan tokoh Muhammadiyah," kata dia.

Sebelumnya, Gus Yahya mengatakan, warga NU tidak haram mencoblos Partai Amanat Nasional (PAN). Meskipun, kata dia, sudah diketahui bersama bahwa PAN didirikan dengan berbasis Muhammadiyah. "Saya sebagai ketua aumum PBNU harus katakan warga NU tidak haram mencoblos PAN," kata Gus Yahya.

Dia menyatakan, pernyataan tersebut bukan berarti dirinya mengkampanyekan Partai Amanat Nasional. Apalagi, ia bukan merupakan kader dari PAN. Gus Yahya juga memuji PAN yang disebutnya mampu mentransformasikan diri menjadi partai yang rasional.

Uniknya, acara tersebut diawali 'dengan menyanyikan lagu Yaa Lal Wathon', yang merupakan karya salah satu pendiri organisasi NU, yaitu KH Abdul Wahab Hasbullah alias Mbah Wahab. Lagu ciptaan Mbah Wahab tersebut sering dilantunkan hingga sekarang di berbagai kegiatan NU.

Gus Yahya pun berseloroh, PAN akan tetap menjadi Partai Amanat Nasional dan tidak akan berubah menjadi Partai Akan NU. "Walaupun ya tetap saja lah PAN itu tetap menjadi Partai Amanat Nasional, dan tidak harus berubah menjadi Partai Akan NU," ujarnya berseloroh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement