Selasa 21 Feb 2023 07:25 WIB

Banyak Sekali Merek Sepeda Motor Listrik di Pasaran, Konsumen Dibuat Untung atau Buntung?

Merek-merek baru sepeda motor listrik itu nasibnya jangan seperti sepeda motor Cina.

Rep: Firkah Fansuri/ Red: Firkah fansuri
Presiden Joko Widodo ditemani jajaran direksi PT Astra Honda Motor (AHM) mencoba motor listrik Honda EM1 e pada Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023).
Foto: Biropers Istana/Muchlis JR
Presiden Joko Widodo ditemani jajaran direksi PT Astra Honda Motor (AHM) mencoba motor listrik Honda EM1 e pada Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sepeda motor listrik menjadi salah satu yang menyita perhatian pengunjung pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023.  Deretan sepeda motor listrik terpampang di Hall C JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat tempat digelarnya IIMS  yang berlangsung 16-26 Februari tersebut. 

 

Baca Juga

Sepeda motor listrik tersebut tidak didominasi merek asal Jepang yang selama ini telah mendominasi pasar sepeda motor nasional selama puluhan tahun. Tidak ada sepeda motor listrik merek Yamaha, Suzuki, atau Kawasaki. Kalau pun ada merek raksasa asal Jepang yang memperkenalkan motor listriknya yaitu itu Honda, yang memboyong  model EM1 e:. Namun Astra Honda Motor sebagai pemegang merek Honda di Indonesia belum menjual motor listrik model global itu.

 

Merek-merek sepeda motor listrik yang diperkenalkan di arena IIMS itu bagi orang awam  masih jarang terdengar. Bahkan bukan tidak mungkin baru pertama kali mendengarnya. Pertama ada Yadea, merek motor listrik baru yang dibawa Indomobil. Tercatat ada tiga motor listrik yang diperkenalkan Yadea, yakni T9, E8s Pro, dan G6.

 

Setelah itu ada Utomocorp, melalui dua merek yakni Niu yang membawa Gova 03, NQI Sport, dan NGT. Serta Energica yang membawa Ego+.  Selanjutnya ada merek motor listrik Alva yang masih mengandalkan model tunggal yakni Alva One untuk dipamerkan di ajang IIMS 2023. Ion mobility juga menjadi salah satu merek motor listrik yang turut memboyong koleksinya yakni M1-S. Diikuti oleh Smartby yang membawa Tromov, Goda, dan Uwinfly. 

 

Polytron yang selama ini kita kenal sebagai produsen elektronika menghadirkan motor listrik barunya, Fox-R. Gesits Raya juga tak ketinggalan memperkenalkan skuter listrik baru karya anak bangsa bernama Gesits G1.

 

Merek sepeda motor listrik lainnya yang turut membawa koleksi motor listrik lainnya adalah Rakata melalui dua line up andalannya yakni NX8 dan X5. Diikuti oleh Selis yang membawa E-Max, dan United Motor yang membawa MX 1200 dan TX1800 livery motor polisi. Ada juga motor roda tiga listrik dari Gelis dan sepeda listrik Ofero yang bisa menembus jarak hingga 100 km. 

 

Jajaran motor-motor listrik tersebut bahkan ada yang ditawarkan di bawah harga Rp 20 juta. Harga itu belum termasuk mendapat potongan jika wacana subsidi dari pemerintah yang akan diberikan kepada konsumen sepeda motor listrik sebesar Rp 7 juta per unit diberlakukan.

 

Hadirnya merek-merek baru sepeda motor di Tanah Air bagi konsumen bagai pedang bermata dua. Kini konsumen diuntungkan karena setidaknya diberi banyak pilihan untuk membeli sepeda motor dibandingkan pilihan sepeda motor konvensional yang selama ini didominasi merek Honda, Yamaha, Suzuki, atau Kawasaki.

 

Dengan banyaknya pilihan, konsumen dapat menimbang-nimbang lebih dalam sebelum memutuskan membeli unit sepeda motor listrik tertentu. Konsumen juga lebih leluasa dalam memilih merek, tipe, dan maupun kebijakan terkait baterai sepeda motornya. Karena sepeda motor listrik yang dipasarkan di tengah-tengah masyarakat tersebut produsen ada yang meminjamkan baterai sehingga baterai tidak dijual bersamaan dengan unit sepeda motornya. Namun, ada pula yang dijual dalam unit sepeda motornya.

 

Harga bersaing

Keuntungan lainnya dengan kehadiran banyak merek di  pasar sepeda motor nasional akan membuat harga sepeda motor menjadi bersaing. Karena tidak mungkin lagi ada merek yang berani memonopoli harga. Sebab produsen yang mematok harga tinggi akan tidak dilirik konsumen.

 

Begitu pula para pemain lama sepeda motor dalam negeri yakni produsen asal Jepang tidak bisa semena-semena mematok harga sepeda motor listriknya dengan harga tinggi. Walaupun produsen sepeda motor asal Jepang sejauh ini belum memasarkan sepeda motor listrik, namun mereka akan mempertimbangkan harganya dengan harga yang dipatok produsen lain.

 

Kita mungkin masih ingat kehadiran sepeda motor asal Cina di Indonesia yang sangat marak di awal tahun 2000-an. Kala itu, sepeda motor asal Cina tersebut mampu membuat produsen sepeda motor asal Jepang tidak lagi leluasa menaikkan harga untuk sepeda motor baru yang akan diluncurkan.

 

Bahkan di tahun 2007, Astra Honda Motor meluncurkan produk andalannya Supra X 125 dengan harga yang lebih murah dari produk yang lama. Padahal biasanya produk baru bila diluncurkannya harganya lebih mahal dari model yang lama atau setidaknya sama dengan harga model lama. Memang kala itu penurunan harga yang dilakukan AHM bukan semata-mata membanjirnya produk Cina. Atau juga bukan karena sedang bersaing ketat dengan Yamaha. Tapi lebih pada alasan efisiensi yang dilakukan AHM sehingga biaya produksi bisa ditekan.

 

Apa pun alasan yang dikemukakan oleh AHM kala itu, poinnya adalah ketika terjadi persaingan yang sehat di pasar maka produsen sepeda motor tidak bisa semaunya dalam menentukan harga. Begitu pula dengan banyaknya merek sepeda motor listrik di pasaran saat ini, produsen-produsen sepeda motor asal Jepang tidak bisa seenaknya mematok harga jual produk sepeda listriknya terlalu tinggi.

 

Jangan terlena

Namun demikian, kehadiran begitu banyak merek sepeda motor listrik di pasaran saat ini jangan pula membuat masyarakat terlena. Jangan sampai masyarakat mengeluarkan dana sekitar Rp 20 juta untuk membeli satu unit sepeda motor listrik, tapi lima tahun kemudian sepeda motor listrik tersebut menjadi besi tua yang tidak ada nilainya karena produsennya telah tutup.

 

Pelajaran masuknya merek-merek sepeda motor Cina di awal tahun 2000 dan saat ini sudah lenyap seperti ditelan bumi hendaknya  menjadi pelajaran bagi konsumen sepeda motor di Tanah Air. Jangan sampai masyarakat tidak berpikir panjang dalam menentukan merek sepeda motor listrik yang dibelinya, tapi menyesal di kemudian hari. Sebab, produsen yang tidak bonafid tidak akan bertanggung jawab terhadap produknya.

 

Memang basis sepeda motor listrik adalah baterai. Bukan mesin seperti sepeda motor konvensional yang butuh perawatan lebih kompleks. Walaupun demikian, keberlangsungan jangka panjang dari produsennya harus menjadi perhatian. 

 

Karena konsumen sepeda motor listrik tidak hanya berhubungan terkait baterai sepeda motor. Namun juga komponen lain di luar baterai yang harus disediakan oleh produsen seperti komponen spion, lampu dan berbagai suku cadang lainnya. Di samping itu infrastruktur jaringan produsen yang lengkap  akan membuat konsumen diuntungkan karena akan mendapat pelayanan terbaik.

 

Kini pemerintah menargetkan subsidi untuk pembelian sepeda motor listrik berlaku mulai Maret 2023 atau bulan depan. Insentif tersebut tentu saja akan sangat menarik bagi konsumen untuk beralih ke sepeda motor listrik. Pasar sepeda motor listrik nasional tahun ini diperkirakan akan tumbuh tinggi dibandingkan tahun lalu. 

 

Walaupun demikian kita berharap masyarakat mendapat keuntungan dengan hadirnya banyak merek baru sepeda motor listrik ditambah pula segera berlakunya insentif untuk pembeliannya. Jangan sampai masyarakat dirugikan karena para pendatang baru produsen sepeda motor listrik tersebut hanya muncul sesaat  memanfaatkan peluang pasar dan insentif pemerintah. Namun setelah itu mereka menghilang entah ke mana dan membuat konsumennya merana. 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement