Selasa 21 Feb 2023 15:05 WIB

Ini Dia Media Sosial yang Paling Sering Melacak Penggunanya

Facebook dinilai sebagai salah satu yang terbaik.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Menggunakan perangkat lunak Malcore-nya, Internet 2.0 memberi skor pada setiap aplikasi berdasarkan jumlah informasi pribadi yang dikumpulkan. TikTok mencapai total 63,1, atau lebih tinggi dari VK, Facebook versi Rusia yang dilarang oleh Apple. (ilustrasi)
Foto: Alexander Shatov Unsplash
Menggunakan perangkat lunak Malcore-nya, Internet 2.0 memberi skor pada setiap aplikasi berdasarkan jumlah informasi pribadi yang dikumpulkan. TikTok mencapai total 63,1, atau lebih tinggi dari VK, Facebook versi Rusia yang dilarang oleh Apple. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Raksasa media sosial melacak setiap gerakan penggunanya. Mereka meraup data pribadi dalam jumlah besar dari penggunanya.

Dilansir Daily Mail pada Selasa (21/2/2023), menurut sebuah studi oleh perusahaan keamanan dunia maya Internet 2.0, TikTok adalah pemanen data terbesar, yang mengumpulkan lebih banyak daripada aplikasi media sosial atau layanan perpesanan lainnya.

Baca Juga

Aplikasi berbagi video populer milik perusahaan Cina ByteDance itu memiliki sekitar satu miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Namun, media sosial itu memiliki lebih dari dua kali lipat jumlah pelacak dalam kode sumbernya daripada rata-rata industri.

Perusahaan itu tidak sendirian, dengan Microsoft Teams, Outlook, Instagram, Twitter, dan Snapchat semuanya berada di peringkat delapan besar dari 22 perusahaan besar yang menyerap data paling banyak. Sementara itu, Facebook dinilai sebagai salah satu yang terbaik, karena berada di urutan ke-16 di penilaian Internet 2.0.

Menggunakan perangkat lunak Malcore-nya, Internet 2.0 memberi skor pada setiap aplikasi berdasarkan jumlah informasi pribadi yang dikumpulkan. TikTok mencapai total 63,1, atau lebih tinggi dari VK, Facebook versi Rusia yang dilarang oleh Apple.

Sementara itu VK, perusahaan internet terbesar kedua Rusia, mencatat peringkat 62,7, dengan 13 pelacak dan 28 izin berbahaya ditemukan dalam kode sumbernya. Aplikasi ketiga yang paling banyak memiliki pelacak adalah Viber Messenger, dengan memiliki 11 pelacak.

Microsoft Teams (populer untuk panggilan konferensi kerja) memiliki empat pelacak tetapi jumlah permintaan izin yang tinggi memberikannya skor 38. Microsoft Teams berada di urutan keempat.

Sementara layanan surat elektronik (surel) Outlook berada di urutan kelima dengan 35,9 dan tujuh pelacak, diikuti oleh Instagram, Twitter, Snapchat, dan LinkedIn, yang semuanya mendapat skor sekitar 34 (di atas rata-rata industri 28,8). Gmail mendapat skor 29,6, sementara WeChat ditemukan memiliki lima pelacak.

Aplikasi Facebook tercatat sebagai salah satu skor terendah karena peringatan kode sangat sedikit, meskipun memiliki jumlah permintaan izin yang tinggi. Layanan perpesanan Signal (yang disukai oleh militer Inggris) adalah salah satu aplikasi terbaik, dengan Facebook Messenger dan Discord juga mendapat skor tinggi.

Hasil studi muncul di tengah pertikaian keamanan tentang bagaimana informasi yang dikumpulkan oleh perusahaan media sosial itu digunakan. Perusahaan TikTok harus mematuhi tuntutan dari Beijing sebagai bagian dari undang-undang keamanan negara tahun 2017.

Profesor keamanan dunia maya di University of Surrey, Inggris, Alan Woodward mengatakan TikTok tampaknya mengumpulkan informasi selain untuk membuat dokumen lengkap tentang seseorang. Jenis datanya sangat luas sehingga sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa data itu digunakan lebih dari sekadar pemasaran dan membangun semacam profil pemasaran orang-orang.

“Dan itu, menurut saya, merupakan kekhawatiran, khususnya dalam lingkungan geopolitik saat ini di mana Cina membuktikan dirinya sebagai aktor negara yang cukup tegas,” kata Woodward.

TikTok menanggapi bahwa laporan ini tampaknya didasarkan pada analisis menyesatkan yang sama, yang dilakukan Internet 2.0 pada tahun lalu. Pelaporan dan studi terbaru bertentangan dengan kesimpulannya. “Aplikasi TikTok tidak unik dalam jumlah informasi yang dikumpulkannya, dan pada kenyataannya (itu) mengumpulkan lebih sedikit data daripada banyak aplikasi seluler populer,” kata TikTok. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement