Jumat 03 Mar 2023 21:01 WIB

Kenalkan Pesaing AI,Ini Dia OI

Para ilmuwan mendorong pengembangan "kecerdasan organoid" atau OI.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Tim ilmuwan juga memperkirakan bahwa sesuatu yang disebut
Foto: Unsplash
Tim ilmuwan juga memperkirakan bahwa sesuatu yang disebut "kecerdasan organoid" alias OI suatu saat nanti dapat mengungguli sistem buatan mana pun. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kecerdasan buatan (AI) mulai menjadi andalan di berbagai aspek, akhir-akhir ini. Akan tetapi tim ilmuwan juga memperkirakan bahwa sesuatu yang disebut "kecerdasan organoid" alias OI suatu saat nanti dapat mengungguli sistem buatan mana pun.

OI ditenagai oleh sel-sel otak manusia yang hidup. Kecerdasan ini pun dinilai dapat melakukan tugas dengan jauh lebih efisien.

Baca Juga

Organoid adalah gumpalan tiga dimensi dari jaringan biologis yang telah dikembangkan dan diuji oleh para ilmuwan selama bertahun-tahun. Para peneliti yang dipimpin oleh profesor ilmu kesehatan lingkungan Thomas Hartung di Johns Hopkins University, bekerja dengan organoid otak yang dapat mengarah pada pengembangan "biokomputer" yang ditenagai oleh sel-sel otak manusia.

"Kita berada pada saat di mana teknologi untuk mencapai biocomputing yang sebenarnya telah matang," kata Hartung, seperti dikutip dari Cnet, Jumat (3/3/2023).

Harapannya adalah beberapa fungsi otak manusia yang luar biasa dapat diwujudkan sebagai OI, seperti kemampuan mengambil keputusan cepat berdasarkan informasi yang tidak lengkap dan kontradiktif (pemikiran intuitif). Hartung dan rekan studimya mengungkapkan tujuan yang luas untuk masa depan OI di jurnal Frontiers in Science, pada Selasa (28/2/2023).

Tim tersebut termasuk para ilmuwan dari Cortical Labs, yang menjadi sorotan tahun lalu karena membuat piringan berisi sel-sel otak hidup yang dapat memainkan video game asli Pong.

Menggunakan organoid yang tumbuh dari sel boleh dibilang menguntungkan bagi para ilmuwan karena tidak memerlukan pengujian manusia atau hewan. Hartung telah menciptakan organoid otak fungsional sejak 2012 menggunakan sel kulit manusia yang diprogram ulang menjadi sel induk embrionik seperti keadaan.

Itu kemudian dapat digunakan untuk membentuk sel-sel otak dan, akhirnya, organoid dengan neuron yang berfungsi dan fitur lain, dapat menopang fungsi dasar seperti memori dan pembelajaran berkelanjutan.

Ini membuka penelitian tentang bagaimana otak manusia bekerja. “Karena Anda dapat mulai memanipulasi sistem, melakukan hal-hal yang tidak dapat Anda lakukan secara etis dengan otak manusia,” kata Hartung dalam sebuah pernyataan.

Hartung dan rekan-rekannya juga membayangkan merakit organoid otak menjadi bentuk baru perangkat keras komputasi biologis yang jauh lebih hemat energi daripada superkomputer saat ini.

Menurut dia, otak masih belum tertandingi oleh komputer modern. Hartung mengakui bahwa komputer lebih cepat dalam memproses angka dan data, tetapi otak tetap lebih baik dalam menghadapi masalah logika yang rumit.

"Komputer dan otak tidaklah sama, meskipun kami telah mencoba menjadikan komputer lebih mirip otak sejak awal era komputer. Janji OI adalah menambahkan beberapa kualitas baru,” lanjut dia.

Anggota tim peneliti dengan latar belakang bioetika telah bekerja untuk menilai implikasi etis bekerja dengan OI.

Kecerdasan organoid dan biokomputer tidak akan menimbulkan ancaman bagi AI atau otak manusia yang tumbuh dengan cara kuno dalam waktu dekat. Namun Hartung yakin bahaa sekarang saatnya untuk mulai meningkatkan produksi organoid otak dan melatihnya dengan AI guna mengatasi beberapa kekurangan dari sistem silikon kita yang ada.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement