Selasa 07 Mar 2023 16:30 WIB

Malaikat Mencela Orang yang Suka Pamer

Ada aib dan musibah bagi yang suka pamer.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Malaikat Mencela Orang yang Suka Pamer. Foto: Ilustrasi malaikat
Foto: Blogspot
Malaikat Mencela Orang yang Suka Pamer. Foto: Ilustrasi malaikat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riya artinya pamer kepada orang lain. Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa para malaikat mencela orang yang suka pamer kepada orang lain.

Imam Al-Ghazali menjelaskan, manusia seharusnya menahan diri dari perbuatan riya. Karena di dalam perbuatan riya itu terdapat dua aib dan dua musibah.

Baca Juga

Aib orang pamer yang pertama letaknya tersembunyi atau rahasia, artinya tidak bisa dilihat oleh para malaikat. Hal ini bisa diketahui dari riwayat ini.

"Para malaikat naik ke langit dengan membawa amal manusia yang mereka yakini sangat baik. Tapi kemudian Allah berfirman: Kembalikan amal itu ke asalnya, sebab ia tidak dimaksudkan untuk Aku."

Kemudian amal dan orang yang melakukan amal tersebut dicela oleh para malaikat.

Aib kedua bagi orang yang suka pamer dapat dilihat oleh seluruh makhluk Allah di hari pengadilan nanti.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya orang yang riya itu pada hari kiamat dipanggil dengan empat nama, hai kafir, hai pendosa, hai penghianat dan hai orang yang rugi. Telah sesat usaha kamu dan batal pahala kamu, maka tidak ada bagian bagi kamu hari ini. Carilah pahala dari orang yang kamu beramal untuknya wahai orang yang tertipu."

Diriwayatkan juga di hari kiamat nanti akan ada pengumuman kepada seluruh makhluk.

"Mana orang yang menyembah manusia itu? Berdirilah, ambillah balasan kalian dari orang yang kalian beramal untuknya. Sesungguhnya Aku (Allah) tidak menerima amal yang dicampuri dengan sesuatu."

Imam Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa dua faktor utama yang merusak ibadah seorang hamba adalah riya dan ujub atau berbangga dengan amalnya.

Seorang hamba harus senantiasa menjaga keikhlasan dan mengingat anugerah dari Allah SWT serta menjauhkan diri dari lawan ikhlas yaitu riya. Semua itu karena dua alasan berikut ini.

Alasan pertama, karena amal perbuatan yang diterima di sisi Allah SWT hanyalah yang dilakukan dengan ikhlas. Untuk itu Allah SWT memberinya pahala. Jika tidak dilakukan dengan ikhlas, maka amal itu akan tertolak dan karenanya ia tidak mendapat pahala.

Dalam sebuah Hadis Qudsi Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: Aku adalah Rabb yang paling tidak membutuhkan sekutu. Siapa saja yang melakukan suatu perbuatan kemudian aku disekutukan kepadanya dengan selain aku, maka bagian Aku untuknya. Sebab aku tidak menerima kecuali yang dipersembahkan secara murni untuk Aku."

Disebutkan juga bahwa Allah berfirman kepada hambanya pada hari kiamat kelak ketika hamba itu mencari pahala amalnya. Allah berfirman, "Bukankah Aku dulu telah memberimu tempat yang khusus dan baik di dunia. Bukankah kamu sudah Aku jadikan sebagai pemimpin di dunia. Bukankah Aku sudah memberi kemudahan bagimu dalam berbisnis. Bukankah Aku sudah menjadikanmu dimuliakan oleh orang di dunia."

Maksud dari perkataan Allah SWT di atas adalah Allah SWT telah membalas semua amal hambanya itu di dunia. Maka di akhirat, ia tidak mendapatkan apa-apa. Ini tentu sangat membahayakan bagi keselamatan kita dan itu diakibatkan karena amal ibadah yang ia lakukan di dunia dulu tidaklah ikhlas dan tidak hadirnya faktor ikhlas ini melahirkan dosa dan akibat yang pedih.

Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement