REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan gelandang AS Roma, Radja Nainggolan, mengecam cara ia diperlakukan oleh Royal Antwerp. Kini pemain veteran itu telah menandatangani kontrak dengan klub Italia Serie B Italia, SPAL.
"Mereka memperlakukan saya seperti parasit, sepotong kotoran. Ketika saya dimasukkan ke tim B, para pemain kemudian mencoba meyakinkan Overmars untuk mempertahankan saya di tim A, itu adalah hal yang baik untuk saya, tetapi tidak ada yang benar-benar berani melawan Gheysens (presiden Royal Antwerp)," ujar Nainggolan kepada Antwerp Gazette dilansir Tribal Football, Rabu (8/3/2023).
Nainggolan terus melakukan yang terbaik di tim B, mencoba mendukung para pemain muda, dan tidak membuat kesalahan di sana. "Namun, bagaimana saya diperlakukan di pekan-pekan terakhir di sana, saya tidak pernah melihat hal itu sebelumnya. Dan saya telah berada di banyak tempat," jelas pemain keturunan Indonesia ini.
Menurut Nainggalon, anak-anak perempuannya adalah salah satu alasan utama mengapa sia kembali ke Belgia. "Jika sebelumnya saya hanya bertemu dengan mereka saat liburan, sejak saya kembali ke Antwerpen, mereka tinggal bersama saya penuh waktu. Semua orang tahu betul betapa pentingnya hal ini bagi saya."
Jadi, Nainggolan ingin tetap tinggal di Belgia demi anak-anak perempuannya. Akan tetapi, untuk melakukan hal itu, ia harus meninggalkan lebih banyak uang.
"Itu bukan masalah, di SPAL saya bermain bukan untuk uang, tetapi untuk keseriusan. Gheysens memaksa saya untuk meninggalkan Belgia setelah saya kehilangan satu juta," jelas Nainggolan. "Dia hanya ingin saya keluar dari negara ini. Dia seorang pebisnis yang hebat, tetapi di situlah ia berakhir. Antwerpen telah merenggut kesenangan saya terhadap sepak bola, tetapi saya akan mendapatkannya kembali. Tetapi saya tak akan pernah memaafkannya karena harus meninggalkan putri-putri saya."