REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Persoalan banjir masih jadi pekerjaan bersama untuk segera diselesaikan di sejumlah daerah. Untuk itu, kelompok sukarelawan OMG mendorong Gerakan 100 Biopori untuk Mitigasi Banjir di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Kelompok anak-anak muda itu merangkul pemuda Pejagalan Lama di Desa Battembat, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, bekerja sama membuat 100 biopori.
"OMG Jawa barat DPC kabupaten Cirebon berkolaborasi dengan pemuda di Pejagalan Lama untuk membuat gerakan 100 biopori," ungkap Koordinator Wilayah Orang Muda Ganjar (OMG) Jawa Barat Gilang Gemahesa setelah penanaman 100 biopori, Ahad (12/3/2023).
Gilang menjelaskan, pihaknya telah mendengar aspirasi dan keluhan warga di wilayah tersebut. Yakni, kondisi Jalan Pejagalan Lama dan beberapa blok lain yang tergenang banjir saat hujan deras.
"Kegiatan ini diselenggarakan atas dasar diskusi dan aspirasi warga Pejagalan Lama terkait kondisi jalan. Maka dari itu, OMG hadir dan bekerja sama membuat 100 biopori untuk memitigasi banjir," katanya.
Gilang menambahkan wilayah ini tak jarang terendam banjir hingga setinggi 1 meter. Karena itu, pihaknya perlu membuat gerakan tersebut. "Kami berdiskusi dan menemukan solusi untuk membuat gerakan ini," ujarnya.
Para relawan OMG dan masyarakat di desa tersebut bahu-membahu membuat 100 biopori di tiga titik. "Kami membuat biopori di tiga titik di desa ini. Total ada 100 biopori," ujarnya.
Gilang berharap, dengan dibuatnya 100 biopori di Desa Battembat, warga tidak merasakan banjir ketika hujan deras. "Harapannya, ketika terjadi hujan, tidak banjir atau air tidak tergenang lagi di daerah ini. Karena kami prihatin jika terjadi hujan deras di sini," katanya.
Relawan OMG akan menyambangi wilayah lain di Jawa Barat untuk menyerap aspirasi masyarakat, salah satunya, yang terdampak banjir. "Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, kami akan coba skrining wilayah-wilayah rawan banjir," ungkapnya.
Sebelumnya, Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mendata terdapat 3.470 hektare tanaman padi yang rusak dan harus ditanam ulang karena diterjang banjir, pada awal tahun 2023.
"Data terakhir yang kami miliki ada 3.470 hektare tanaman padi rusak dan harus ditanami ulang, akibat diterjang banjir," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Asep Pamungkas seperti dilansir dari Antara.
Kini Pemkab setempat telah bergerak cepat untuk menangani hal tersebut.