Selasa 14 Mar 2023 23:54 WIB

Dampak Covid-19 Ciptakan Pengangguran dan Pekerja Informal

BPS sebut hanya 10 persen angkatan kerja di Indonesia yang ikut pelatihan informal

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang warga mengakses laman situs Prakerja di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Rabu (12/101/2022). Pemerintah akan melanjutkan program Kartu Prakerja yang difokuskan untuk bantuan peningkatan kemampuan kompetensi dan produktivitas angkatan kerja pada 2023.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Seorang warga mengakses laman situs Prakerja di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Rabu (12/101/2022). Pemerintah akan melanjutkan program Kartu Prakerja yang difokuskan untuk bantuan peningkatan kemampuan kompetensi dan produktivitas angkatan kerja pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor mengatakan, pekerjaan rumah Indonesia saat ini adalah menciptakan kondisi kerja yang berkualitas. Pasalnya, jumlah angkatan kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan, saat ini komposisi penduduk bekerja yang didominasi oleh pekerja informal.

“Ini sebagai dampak dari Covid-19 yang menciptakan pengangguran serta bertambahnya kelompok bukan angkatan kerja,”kata Afriansyah Noor dalam keterangan, Selasa (14/3/2023).

Untuk menciptakan kelangsungan berusaha dan bekerja, Indonesia memerlukan regulasi yang menjamin kepastian hukum agar dapat bertahan dari kondisi perekonomian global yang tidak pasti. Karena, hal terpenting untuk menciptakan ekosistem yang baik adalah memberikan perlindungan bagi semua komponen yang ada di dalam negeri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, hanya 10 persen angkatan kerja Indonesia yang pernah ikut pelatihan di luar pendidikan formal. Padahal, salah satu faktor pendorong agar peluang karir terbuka tanpa hambatan, generasi muda harus terus mengembangkan diri dengan meningkatkan kreativitas, independensi dan kedisiplinan tinggi.

“Banyak sekali alternatif meningkatkan pendapatan untuk para Millennial dan Gen-Z di era dunia digital, khususnya yang disebut gig economy ini,” kata Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Samsu Sempena.

Sayangnya, meski melek teknologi, generasi muda memiliki problem akut, antara lain sikap mudah menyerah, mentalitas instan, serta kesehatan mental yang kerap terganggu. Sehingga , pilihannya ada dua: mau tenggelam atau berenang.

"Untuk itu, generasi muda harus bisa memilah-milah informasi karena waktu terbatas, menggunakan teknologi dengan bijak di era dunia digital, mengembangkan diri dengan skill-skill yang dibutuhkan, serta mulai bekerja atau membangun usaha sesuai keterampilan dan passion,” kata Samsu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement