Kata maneh yang dipakai oleh seorang guru untuk menyapa Gubernur Jabar Ridwan Kamil, dalam bahasa Indonesia artinya “kamu”. Sapaan “kamu” pernah membuat warga Medan tersinggung, ketika diucapkan oleh Presiden Sukarno saat membuka Kongres Bahasa Indonesia (KBI) II di Medan pada 1954. Medan dibuat gempar oleh pidato Presiden Sukarno yang menggunakan kata-kata “aku, kamu, engkau”. Masyarakat Medan kurang bisa menerima pemakaian kata-kata itu.
Peserta Kongres Bahasa Indonesia Kedua dari Medan, Syamsuddin Rasyad, meminta para pejabat menghindari kata-kata yang tidak enak didengar. Menurut Syamsuddin, kata-kata “aku”, “kamu”, “engkau” yang diucapkan Presiden Sukarno tak enak didengar masyarakat Sumatra Utara. “Kata-kata itu sempat mendapat reaksi masyarakat Sumatra Utara,” kata Syamsuddin seperti dikutip Java Bode.
Pada 1975, Slametmuljana pernah menjelaskan asal-usul kata “aku”, “kamu”, dan “engkau” masuk ke Indonesia melewati Semenanjung Melayu sebelah utara Medan. Kamu berasal dari kata “mau” dari bahasa Shan, masuk ke Indonesia melalui Semenanjung Melayu yang kemudian menjadi pronomimal sufiks “mu”, lalu menjadi “kamu”. Sedangkan “engkau” berasal dari bahasa Mon “bekau”. Sedangkan “kau” dari bahasa Shan, justru berubah menjadi “aku”.
Ma Roejan