Rabu 29 Mar 2023 22:25 WIB

Elon Musk dan Pakar AI Buat Surat Terbuka Soal GPT-4, Apa Isinya?

Mereka menyerukan jeda enam bulan pelatihan sistem yang akan mengungguli GPT-4.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Miliader Elon Musk dan sekelompok pakar kecerdasan buatan (AI) serta eksekutif industri menyerukan jeda enam bulan pelatihan sistem yang akan mengungguli GPT-4. Kabar tersebut diungkapkan dalam surat terbuka. (ilustrasi)
Foto: Unsplash
Miliader Elon Musk dan sekelompok pakar kecerdasan buatan (AI) serta eksekutif industri menyerukan jeda enam bulan pelatihan sistem yang akan mengungguli GPT-4. Kabar tersebut diungkapkan dalam surat terbuka. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Miliader Elon Musk dan sekelompok pakar kecerdasan buatan (AI) serta eksekutif industri menyerukan jeda enam bulan pelatihan sistem yang akan mengungguli GPT-4. Kabar tersebut diungkapkan dalam surat terbuka.

Seruan datang saat mereka melihat adanya potensi risiko bagi masyarakat dan kemanusiaan. Surat itu dikeluarkan oleh lembaga nirlaba Future of Life Institute.

Baca Juga

Ada lebih dari 1.000 orang yang menandatangani surat, termasuk Musk, salah satu pendiri Apple Steve Wozniak dan CEO Stability AI Emad Mostaque. Mereka menyerukan jeda pada pengembangan AI tingkat lanjut hingga protokol keamanan bersama seperti desain yang dikembangkan, diimplementasikan dan diaudit oleh para ahli independen.

“Sistem AI yang kuat harus dikembangkan hanya setelah kami yakin bahwa efeknya akan positif dan risikonya dapat dikelola," kata surat itu, dikutip Reuters, Rabu (29/3/2023).

Surat itu juga merinci potensi risiko bagi masyarakat dan peradaban oleh sistem AI yang bersaing dengan manusia dalam bentuk gangguan ekonomi dan politik. Mereka meminta pengembang untuk bekerja dengan pembuat kebijakan di bidang tata kelola dan otoritas pengatur.

Surat itu datang ketika kepolisian Uni Eropa Europol pada hari Senin bergabung dengan kelompok yang membahas masalah etika dan hukum atas AI tingkat lanjut seperti ChatGPT. Mereka memperingatkan tentang potensi penyalahgunaan sistem dalam upaya phishing, disinformasi, dan kejahatan dunia maya.

Sejak dirilis tahun lalu, ChatGPT OpenAI yang didukung Microsoft telah mendorong saingan untuk meluncurkan produk serupa. Beberapa perusahaan mengintegrasikannya atau membuat teknologi serupa ke dalam aplikasi dan produk mereka. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement