REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2023 lebih rendah dibandingkan Februari. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan inflasi bulanan pada Maret 2023 sebesar 0,18 persen.
"Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan Februari 2023 yang sebesar 0,16 persen," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (3/4/2023).
Meskipun begitu, Pudji menuturkan tingkat inflasi bulanan Maret 2023 lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama pada 2022. Dia menuturkan, inflasi pada Maret 2022 mencapai 0,66 persen.
Dia menjelaskan, penyebab utama inflasi bulanan di antaranya adalah komoditas tarif angkutan udara, bensin, beras, cabai merah, dan rokok kretek filter. "Penyebab utama ini dengan andil masing-masing untuk tarif angkutan udara dan bensin yaitu sebesar 0,03 persen, kemudian untuk beras, cabai rawit, dan juga rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen," ungkap Pudji.
Selanjutnya, Pudji menuturkan penyumbang utama inflasi tahunan diantaranya adalah komoditas bensin, beras, rokok kretek filter, tarif angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga. Penyumbang inflasi utama tahunan tersebut yaitu bensin memiliki andil 1,09 persen, beras memiliki andil 0,35 persen, rokok kretek filter memiliki andil 0,21 persen, tarif angkutan udara memiliki andil 0,17 persen, dan bahan bakar rumah tangga memiliki andil 0,15 persen.
Pudji menambahkan, secara umum dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), terdapat 65 kota yang mengalami inflasi. Dari 65 kota tersebut, 48 kota diantaranya mengalami inflasi berada di atas inflasi nasional dan 17 Kota lainnya berada di bawah inflasi nasional.
"Pada saat yang sama sebanyak 25 kota mengalami deflasi," tutur Pudji.