REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap ritual ibadah mengandung pahala dari Allah. Shalat misalkan, bila dilaksanakan secara berjamaah maka akan diganjar pahala 27 kali lipat dibandingkan pahala shalat sendirian.
Shalat qabliyah subuh juga mengandung pahala besar, yaitu lebih baik dari dunia dan seisinya. Pahala haji luar biasa besar. Bentuknya berupa ampunan, jaminan masuk surga, dan mendapatkan syafaat atau pertolongan.
Lalu bagaimana dengan pahala melaksanakan puasa? Apa bentuknya?
Puasa merupakan ibadah yang penuh kearifan dan rahasia. Yang tahu pahala puasa hanya Allah. Kata Allah dalam hadits qudsi, fainnahu lii wa ana ajzi bihi. Bahwa puasa itu, kata Allah, “Adalah untukku. Dan Aku yang mengganjarnya.” Hadits tersebut diriwayatkan Bukhari dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Maksud dari hadits ini, Allah yang menentukan besaran pahala untuk orang yang berpuasa.
Imam al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya Ulumiddin. Ada orang yang berpuasa, tidak makan, minum, dan meninggalkan segala yang membatalkan puasa, tapi masih menggunjing orang lain, hasad, dendam, tak sabar, dan masih melakukan akhlak tercela. Maka orang semacam ini tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan haus. Artinya, puasa orang semacam ini membuahkan kesia-siaan.
Kemudian ada pula orang yang berpuasa dengan menjaga diri tetap berakhlak mulia. Maka dia mendapatkan pahala dari Allah, entah berapa jumlahnya dan apa bentuknya.
Ada pula orang yang berpuasa dengan banyak keutamaan. Dia meninggalkan segala yang membatalkan puasa. Kemudian berakhlak mulia. Hatinya selalu dipenuhi dengan dzikir. Selama puasa, dia mengkhususkan waktunya untuk melakukan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Orang semacam inilah yang insya Allah mendapatkan banyak keutamaan dari puasa.
Orang semacam ini tidak menjadikan puasa sebagai beban, tapi kenikmatan. Dia asik menahan lapar, haus, dan segala kenikmatan dunia. Bahkan itu dijadikannya sebagai cara mempermainkan dunia. Mereka meninggalkan kelezatan dan kenikmatan dunia dan berpaling kepada kenikmatan bersama Allah.
Orang seperti ini akan terus berpuasa meski Ramadhan sudah selesai. Kemudian memperbanyak ibadah dan dzikir dalam keseharian.