Rabu 05 Apr 2023 11:46 WIB

Garap Proyek Pengelolaan Air, Jatim Jajaki Kolaborasi dengan Belanda

Banyak peluang kerja sama antara Belanda dan Jatim dalam sektor lain.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Dokumen
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan sejumlah potensi kerja sama yang bisa dijalin antara Jatim dengan Belanda saat menerima kunjungan Deputy Chief of Mission and Head Economic Affairs Embassy of the Kingdom of the Netherlands HE Mrs Ardi Stoios-Braken. Antara lain terkait pengelolaan air, pariwisata, pertanian, peternakan, serta pendidikan dan penilitian.

Khofifah di antaranya menawarkan pengelolaan air di Sungai Welang dan Sungai Kalimas ahar fungsinya bisa lebih dimaksimalkan. "Maka saya menyampaikan bahwa Kalimas ini bersambung dengan Sungai Brantas. Kalau bisa dibangun wisata air, maka akan mengarungi Surabaya, Sidoarjo, dan Mojokerto," kata Khofifah, Rabu (5/4/2023).

Di sektor pariwisata, Khofifah menjabarkan, Jatim memiliki banyak destinasi potensial yang bisa dikerjasamakan dengan Belanda. Seperti gereja peninggalan Belanda di Malang dan Surabaya, ataupun Benteng Van den Bosch yang juga dikenal dengan nama Benteng Pendem Ngawi.

"Sebetulnya beberapa gereja katolik sering dikunjungi wisatawan dari Belanda. Mereka mencoba mencari tahu apa kakeknya atau buyutnya dibaptis di gereja-gereja ini. Karena memang proses pembaptisan itu bukunya juga masih tersimpan dengan sangat baik," ujarnya.

Dijelaskan, Benteng Van den Bosch merupakan destinasi baru dengan arsitektur luar biasa. Di sana juga masih terdapat titik yang dulunya terkoneksi dengan pelabuhan besar.

Titik itu menjadi bersejarah, sebab rempah-rempah dari Indonesia Timur dan Jatim dulunya diberangkatkan dari belakang Benteng Van den Bosch. Kini, titik itu menyisakan sungai dengan lebar kurang lebih tiga meter.

"Kemudian nanti kalau berwisata di Ngawi, maka bisa sambung ke wisata Trinil yaitu pithecantropus erectus serta ke Gunung Lawu. Di sana ada area yang sangat langka di dunia yaitu perkebunan Edelweis. Ada juga kebun teh. Saya rasa itu akan jadi tempat wisata yang sangat indah," kata Khofifah.

Khofifah mengakui kemajuan dan kekuatan manajemen air dari Pemerintah Belanda. Ia berharap, hal itu dapat dikerjasamakan di sektor pertanian dan peternakan di dengan Jatim, terutama untuk ternak sapi perah.

"Jadi ternak sapi perah di Belanda cukup advance, termasuk hilirisasi dari produk susunya. Karena ini ada tim khusus di Kedutaan Belanda, beliau menyarankan nanti kita akan komunikasi berikutnya dengan tim di Jakarta. Semoga berjalan lancar," ujar dia.

Deputy Chief of Mission and Head of Economic Department Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia Ardi Stoios-Braken mengaku akan mengomunikasikan hasil diskusi tersebut dengan pihak terkait. Ia bahkan mengharapkan kerja sama Belanda-Jatim tidak berhenti di manajemen air. Tapi akan banyak peluang kolaborasi antara Belanda dan Jatim dalam sektor lain.

"Kami juga berdiskusi tentang peluang-peluang baru seperti pengelolaan limbah, energi terbarukan, agro food, dan maritim. Ada banyak area yang bisa dijadikan wadah kolaborasi, tapi tentunya kami ingin mendengar dari otoritas langsung mengenai peluang-peluang ini," kata Ardi.

Ia juga mengatakan, kerja sama yang tak kalah penting untuk dijalin adalah kolaborasi dalam sektor pendidikan. Mengingat pendidikan memegang peranan vital dalam pengembangan kualitas SDM.

"Sedemikian pentingnya area edukasi dan riset ini, ada posisi tersendiri di kedutaan kami yang membawahi sektor ini. Dan tentu saja kami akan terus memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi di Belanda," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement