REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saat ini pengobatan alternatif non medis masih memiliki banyak peminat di Indonesia. Hal ini bisa dilandasi beberapa alasan, mulai dari kurangnya dokter hingga masalah biaya. Misalnya, minim ahli di bidang ortopedi. Tak heran bila pengobatan yang ditawarkan dukun, misalnya, menjadi populer.
Prof Dr dr Ferdiansyah, SpOT(K), mengamini bahwa Indonesia kekurangan tenaga ahli ortopedi. Sekarang ada sekitar 1.400-1.500 dokter ortopedi, namun belum merata melainkan masih menumpuk di ibu kota Jakarta.
“Tapi kan ada BPJS dan itu gratis kalau masyarakat ke RS, dan dari tahun ke tahun angka pasien meningkat,” kata Prof Dr dr Ferdiansyah yang juga Ketua Dewan Pakar PABOI 2022-2025 dalam webinar, disimak Rabu (5/4/2023).
Secara umum, suatu penyakit harus didiagnosa secara tepat terlebih dahulu. Pengobatan apa pun perlu berlandaskan ilmiah dan terdapat monitoring serta evaluasi.
Prof Ferdiansyah menekankan pengobatan alternatif cenderung tidak memiliki bukti ilmiah. Memang, ada contoh seperti bidang akupuntur yang datang dari alternatif. Kemudian dibuktikan secara ilmiah dan sekarang sudah ada dokternya.
Tidak menutup kemungkinan di kemudian hari bisa ditemukan dasar ilmiah dari pengobatan alternatif. Karena pada dasarnya keilmuan memang terus berkembang. Tetapi untuk sampai ke sana, masyarakat disarankan tidak mengorbankan diri.
Tidak sedikit orang dengan penyakit kronis atau punya cacat, kemudian melakukan terapi, tetapi belum bisa disembuhkan dokter. Orang-orang seperti ini, menurut dia, pasti akan selalu mencari alternatif supaya bisa sembuh.
Sedangkan dokter akan berupaya melihat latar belakang kondisi, lalu diberi antibiotik terkait kuman tertentu, misalnya. Kemudian nanti dalam perjalanannya, akan dilihat benar atau tidak. “Kalau sebagian besar benar, dan sebagian kecil tidak, itu namanya empiris, ada dasar ilmiahnya,” kata dia menambahkan.