REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila Diana Anggraeni mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarang klik tautan tidak dikenal. Ini penting demi mencegah kejahatan siber seperti phising.
"Apabila menemukan link yang mencurigakan, waspada agar jangan sembarang mengekliknya. Bisa saja itu merupakan link palsu atau phising. Segeralah keluar dari situs mencurigakan tersebut," ucap Diana dalam rilis pers yang diterima, Selasa (11/4/2023).
Hal itu disampaikan Diana saat menjadi pembicara dalam lokakarya "Waspada Saldo Hilang Akibat Asal Klik Link Phising" yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) di Jawa Barat. Diana mengatakan phising adalah sebuah upaya untuk mendapatkan informasi dari calon korban lewat teknik pengelabuan.
Adapun scam adalah bentuk penipuan lewat telepon, e-mail, atau aplikasi pesan singkat dengan tujuan untuk menguras uang korban. Serangan phising di Indonesia terbilang tinggi.
Pada kuartal pertama 2022 tercatat sebanyak 600.796 serangan. Angkanya meningkat menjadi 947.920 pada kuartal kedua 2022.
Menurut Diana, phising merupakan industri penipuan secara daring dan terorganisir dengan baik. Orang kerap tertipu lantaran masih minimnya literasi digital dalam hal penggunaan teknologi maupun dipengaruhi sikap mudah percaya terhadap semua informasi yang beredar di internet.
Sementara itu, Direktur PT Mahakarya Berkah Sejahtera dan dosen Stikosa AWS Surabaya Muhajir Sulthonul Aziz yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan ada cara sederhana membedakan tautan asli atau palsu. Caranya adalah dengan memeriksa alamat URL dengan teliti.
Sebab, tautan asli dengan yang palsu memiliki kemiripan sekilas dalam hal nama URL. Muhajir juga menyarankan pemeriksaan sertifikat SSL untuk memastikan keaslian dan keamanan sebuah situs.
"Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital ini. Yang bisa kita lakukan adalah dengan meminimalkan dampaknya menjadi sekecil mungkin," ujarnya.