Selasa 30 Sep 2025 17:47 WIB

ChatGPT Hadirkan Fitur Kontrol Orang Tua, Bisa Kirim Notifikasi Peringatan

Semakin banyak remaja yang menjadikan chatbot Al sebagai teman curhat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT. OpenAl resmi meluncurkan fitur kontrol orang tua di platform chatbot Al, ChatGPT.
Foto: VOA
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT. OpenAl resmi meluncurkan fitur kontrol orang tua di platform chatbot Al, ChatGPT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- OpenAl resmi meluncurkan fitur kontrol orang tua di platform chatbot Al, ChatGPT. Fitur ini hadir sebagai respons atas meningkatnya kekhawatiran dari keluarga, sekolah, dan kelompok advokasi mengenai potensi bahaya chatbot Al terhadap perkembangan anak dan remaja.

Fitur ini memungkinkan orang tua untuk menautkan akun ChatGPT mereka dengan akun anak untuk mengakses berbagai fitur pengawasan. Meski demikian, OpenAl menyatakan fitur ini tidak memberikan akses langsung ke percakapan anak dengan ChatGPT. Sistem hanya akan mengirimkan notifikasi kepada orang tua jika mendeteksi risiko serius terhadap keselamatan anak, seperti potensi tindakan menyakiti diri sendiri.

"Inilah sistem notifikasi keselamatan pertama yang dirancang untuk memperingatkan orang tua jika remaja mereka berpotensi mengalami risiko menyakiti diri sendiri," kata kepala kesejahteraan remaja OpenAl Lauren Haber Jonas dilansir CNET, Selasa (30/9/2025).

Setelah menautkan dengan akun ChatGPT anak, orang tua juga dapat mengatur berbagai pembatasan, seperti waktu penggunaan, pemblokiran gambar dan suara, hingga mengurangi konten sensitif. Melalui fitur ini, orang tua juga bisa memilih agar ChatGPT tidak menyimpan riwayat percakapan anak serta tidak menggunakan data anak untuk pelatihan model Al. Jika remaja memilih untuk memutus tautan akun dengan akun orang tua, sistem akan langsung mengirimkan peringatan kepada orang tua.

Peluncuran fitur ini dilakukan setelah munculnya gugatan dari keluarga di California, Amerika Serikat, yang menyalahkan ChatGPT atas kematian anak mereka yang bunuh diri awal tahun ini. Dalam gugatan tersebut, ChatGPT disebut sebagai "pelatih bunuh diri" karena memberikan respons yang dianggap mendorong tindakan fatal tersebut.

Fenomena banyaknya remaja yang menjadikan chatbot Al sebagai teman curhat atau pengganti terapis telah menjadi sorotan. Para ahli kesehatan mental memperingatkan bahwa ChatGPT tidak dirancang atau dilatih secara klinis untuk mendeteksi atau merespons gejala gangguan psikologis secara akurat.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement