Rabu 12 Apr 2023 13:52 WIB

Ekonom Prediksi CAD Capai 1,1 Persen PDB pada 2023

Inflasi yang menunjukkan tren menurun menjadi kabar baik bagi ekonomi.

Lanskap kota saat waktu senja di kawasan Halte Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (2/4/2023). Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan mencapai 1,10 persen dari PDB pada 2023.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Lanskap kota saat waktu senja di kawasan Halte Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (2/4/2023). Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan mencapai 1,10 persen dari PDB pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan mencapai 1,10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023. Inflasi Indonesia yang menunjukkan tren menurun dan diperkirakan kembali berada pada kisaran target 2 persen-4 persen pada semester II 2023 menjadi kabar baik.

"Perkiraan kami, saldo akun berjalan (Current Account/CA) Indonesia tetap dalam kondisi sehat. Kami memperkirakan CA akan beralih ke defisit yang dapat dikelola sekitar 1,10 persen dari PDB pada 2023," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (12/4/2023).

Baca Juga

Surplus neraca dagang diproyeksi menyusut, tetapi surplus bisa bertahan lebih lama dari perkiraan karena harga komoditas turun secara lebih bertahap. Hal itu diakibatkan oleh pembukaan kembali ekonomi China dan kondisi kawasan Euro yang lebih baik dari perkiraan.

"Namun, meningkatnya risiko krisis perbankan saat ini, khususnya di kawasan Amerika Serikat dan Eropa, dapat membebani prospek positif ini," katanya.

Penurunan inflasi menjaga spread antara suku bunga acuan dengan inflasi sehingga instrumen keuangan Indonesia relatif lebih menguntungkan.

"Agenda pemerintah untuk terus melakukan hilirisasi sumber daya alam juga dapat menarik lebih banyak aliran investasi langsung ke Indonesia," katanya.

Upaya menahan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA), termasuk instrumen Bank Indonesia berupa term deposit (TD) valas dari DHE, juga dapat menghambat penempatan aset di luar negeri.

"Secara keseluruhan, kami melihat cadangan devisa tetap memadai. Berkat penurunan harga komoditas yang lebih bertahap dan implementasi instrumen term deposit valas dari DHE yang lebih mudah, kami merevisi perkiraan cadangan devisa kami menjadi sekitar 135 sampai 155 miliar dolar pada akhir tahun 2023," katanya.

Ia mengatakan kenaikan DHE dapat mendukung penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada periode ketidakpastian global yang tinggi, tapi ia masih mempertahankan prakiraan nilai tukar Rupiah di sekitar IDR15.285 per dolar AS pada akhir tahun 2023.

"Kami masih memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed pada 23 Mei dan aksi wait and see investor di tengah tahun politik Indonesia, terutama pada paruh kedua tahun 2023," katanya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement