Senin 17 Apr 2023 04:38 WIB

Ilmuwan Deteksi Es Terdingin di Alam Semesta

Es terdingin ditemukan di dalam awan molekuler antarbintang.

Red: Partner
.
Foto: network /
.

Awan biru tipis dari gas molekuler bersinar dari cahaya bintang dalam gambar Teleskop Luar Angkasa James Webb.
Awan biru tipis dari gas molekuler bersinar dari cahaya bintang dalam gambar Teleskop Luar Angkasa James Webb.

ANTARIKSA -- Para ilmuwan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) mengamati dan mengukur es terdingin di jangkauan terdalam awan molekul antarbintang. Molekul beku itu diukur memiliki suhu minus 263 derajat Celcius.

Awan molekuler, terdiri dari molekul beku, gas, dan partikel debu. Awan molekuler berfungsi sebagai tempat kelahiran bintang dan planet, termasuk planet layak huni, seperti Bumi.

Pengamatan terbaru James Webb Space Telescope terhadap molekul es akan membantu para ilmuwan memahami bagaimana planet yang dapat dihuni terbentuk.

Dalam penelitian yang diterbitkan 23 Januari di jurnal Nature Astronomy, tim ilmuwan menggunakan kamera infra merah JWST untuk menyelidiki awan molekul yang disebut Chameleon I. Awan ini berlokasi sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi.

Di dalam awan yang gelap dan dingin, tim mengidentifikasi molekul beku seperti karbonil belerang, amonia, metana, metanol, dan lainnya. Menurut para peneliti, molekul-molekul ini suatu hari nanti akan menjadi bagian dari inti panas dari bintang yang sedang tumbuh, dan mungkin bagian dari planet ekstrasurya di masa depan.

Awan ini juga mengandung bahan penyusun dunia yang dapat dihuni: karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, dan belerang, campuran molekuler yang dikenal sebagai COHNS.

“Hasil kami memberikan wawasan tentang tahap awal kimia dari pembentukan es pada butiran debu antarbintang yang akan tumbuh menjadi kerikil berukuran sentimeter di mana planet terbentuk,” kata penulis studi utama Melissa McClure, astronom di Observatorium Leiden di Belanda, dilansir dari Live Science.

Terbentuknya bintang dan planet

Bintang dan planet terbentuk di dalam awan molekuler seperti Chameleon I. Selama jutaan tahun, gas, es, dan debu runtuh menjadi struktur yang lebih masif.

Beberapa dari struktur ini memanas menjadi inti bintang muda. Begitu bintang terbentuk, sisa gas dan debu di sekitarnya membentuk piringan. Materi ini mulai bertabrakan, saling menempel dan akhirnya membentuk tubuh yang lebih besar. Suatu hari nanti, gumpalan ini bisa menjadi planet.

"Pengamatan ini membuka jendela baru pada jalur pembentukan molekul sederhana dan kompleks yang diperlukan untuk membuat bahan penyusun kehidupan," kata McClure dalam pernyataannya.

Untuk mengidentifikasi molekul di dalam Chameleon I, peneliti menggunakan cahaya dari bintang yang terletak di luar awan molekul. Saat cahaya bersinar ke arah Bumi, cahaya diserap dengan cara yang khas oleh debu dan molekul di dalam awan. Pola penyerapan ini kemudian dapat dibandingkan dengan pola yang diketahui yang ditentukan di laboratorium.

Tim juga menemukan molekul yang lebih kompleks yang tidak dapat mereka identifikasi secara spesifik. Namun, temuan ini membuktikan bahwa molekul kompleks memang terbentuk di awan molekuler sebelum digunakan oleh bintang yang sedang tumbuh.

Meskipun tim sangat senang mengamati COHNS di dalam sup molekuler yang dingin, mereka tidak menemukan konsentrasi molekul setinggi yang diharapkan di awan padat seperti Chameleon I. Ilmuwan masih bertanya-tanya bagaimana dunia layak huni seperti Bumi mendapatkan COHNS. Satu teori mengatakan bahwa COHNS dikirim ke Bumi melalui tabrakan dengan komet es dan asteroid.

sumber : https://antariksa.republika.co.id/posts/211389/ilmuwan-deteksi-es-terdingin-di-alam-semesta
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement