REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak terasa, bulan suci Ramadhan saat ini tengah memasuki hari-hari terakhirnya. Tidak lama lagi umat Muslim di seluruh dunia akan merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1444 H.
Di Indonesia, Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) Din Syamsuddin menyebut, perbedaan Idul Fitri 1 Syawal sering terjadi walaupun tidak selalu setiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan hadits yang dipakai, antara sempurnakan bilangan bulan dan perhitungan atau perkirakan posisi hilal.
"Sebenarnya sama-sama menggunakan rukyat (Bahasa Arab: melihat atau berpendapat). Perbedaannya yang satu menggunakan rukyat bil 'aini (melihat dengan mata inderawi), dan yang satu rukyat bil 'aqli (melihat dengan mata pikiran)," ujar dia dalam pesan teks yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/4/2023).
Ia menyebut keduanya sulit dipertemukan, seperti meyakini sesuatu dengan melihatnya (seeing is believing) dan meyakini sesuatu dengan mengetahuinya (knowing is believing). Ia pun mengimbau agar umat Islam menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap dewasa dalam beragama. Pemerintah perlu berada di tengah dengan mengayomi semua pihak dan tidak mengambil posisi tunggal.
Tokoh Muhammadiyah ini juga mengingatkan Idul Fitri adalah ibadah berdasarkan keyakinan sesuai dalil naqli dan 'aqli. "Kepada kaum Muslimimin dianjurkan menunaikan Sholat Idul Fitri sesuai keyakinannya masing-masing, tanpa merusak silaturahim dan ukhuwah Islamiyah," kata dia melanjutkan.
Prof Din lantas menyebut, sesuai amanat konstitusi maka pemerintah harus mengayomi rakyat warga negara, dengan memberi kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.
Mengingat posisi bulan pada Kamis, 20 April 2023 masih di bawah imkan al-ru'yah, ia pun menyebut tidak perlu diadakan rapat Istbat yang hanya menghabiskan anggaran negara.
"Adalah kepemimpinan hikmah berdasarkan Pancasila (kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan), untuk mengumumkan bahwa pada tahun ini ada dua keyakinan tentang Idul Fitri, 21 April 2023 dan 22 April 2023. Silakan umat memilihnya sesuai keyakinan dan tetap merayakan ldul Fitri dalam semangat ukhuwah Islamiyah," ujar mantan ketum PP Muhammadiyah ini.
Terakhir, ia menyebut Pemerintah Indonesia hendaknya menghormati dan mengayomi keduanya, dengan mengizinkan fasilitas umum digunakan sholat Idul Fitri pada kedua hari tersebut.