Jumat 21 Apr 2023 08:27 WIB

Din Syamsuddin Singgung Soal Jas Merah dan Jas Hijau dalam Khutbah Shalat Id

Din menjadi khatib shalat Id di lapangan parkir Jakarta International Equestrian Park

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Israr Itah
Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Fitri 1444H di halaman Jakarta International Equestrian Park (JIEP) Pulomas, Jakarta Timur, Jumat (21/4/2023). Bertindak sebagai Khatib, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Foto: Republika/Nidia Zuraya
Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Fitri 1444H di halaman Jakarta International Equestrian Park (JIEP) Pulomas, Jakarta Timur, Jumat (21/4/2023). Bertindak sebagai Khatib, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan umat Islam memadati lapangan parkir Jakarta International Equestrian Park (JIEP) Pulomas, Jakarta Timur, Jumat (21/4/2023), untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri. Pelaksanaan shalat Id digelar dua gelombang. 

Shalat id gelombang pertama dimulai sekitar pukul 6.45 WIB. Meski hujan turun, pelaksanaan shalat Id tetap berjalan khusyuk. 

Baca Juga

Bertindak sebagai khatib pada pelaksanaan shalat Id gelombang pertama adalah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Dalam khutbahnya Din menyampaikan di tengah perbedaan pelaksanaan Shalat Id yang terjadi saat ini, umat Islam membutuhkan kalender Islam yang bersifat global. 

Din juga menekankan pentingnya persatuan umat Islam di tengah perbedaan pelaksanaan Shalat Id, pandangan, maupun partai politik.

"Umat Islam kekuatan efektif Indonesia di masa depan, syaratnya jangan mau diadu domba dan diperhadapkan satu sama lain walaupun muslim, " ujar Din dalam Khutbah Shalat  Id yang disampaikannya. 

Lebih lanjut Din menuturkan, untuk memupuk persatuan, umat Islam di Indonesia harus mengingat kembali perjuangan para ulama di masa penjajahan untuk mengusir para penjajah dan merebut kemerdekaan.

"Kalau Bung Karno punya slogan Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah), maka saya punya Jas HIjau (jangan sekali kali menghapus jasa ulama)," papar Din. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement